Jakarta (ANTARA News) - Persatuan Insinyur Indonesia (PII) meminta Pemerintah mengantisipasi kemungkinan terjadinya deindustrialisasi, deprofesionalisme dan perendahan intelektual (debrain), yang dapat mengancam kelangsungan ekonomi nasional.

"Ancaman dari tiga faktor tersebut semakin besar, sehingga pemerintah perlu melakukan terobosan baru untuk memajukan ekonomi nasional, tidak lagi dengan cara konvensional," kata Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) M Said Didu di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin.

Menurut Said, saat ini segala sesuatu mengenai ekonomi sangat menggantungkan kepada tiga hal yaitu inflasi, nilai tukar mata uang, dan harga saham.

"Pendekatan seperti ini tidak bisa dijadikan patokan dalam mengembangkan ekonomi karena tekanan deindustrialisasi sudah di depan mata," katanya.

Deindustrialisasi, ujarnya, hanya bisa diatasi dengan melakukan kebijakan lompatan energi.

"Kita tidak lagi bisa mengandalkan penggunaan energi konvensional seperto minyak, batubara dan gas. Tetapi sudah saatnya menggunakan tenaga nuklir," tegasnya.

Dari sisi biaya, penggunaan energi nuklir jauh lebih rendah dibanding batubara, atau 1 berbanding 10 kali, namun energi yang dihasilkan nuklir lebih tinggi.

Produksi tenaga listrik dari satu pembangkit nuklir bisa mencapai 1.000MW, berbeda dengan pembangkit listrik berbahan bakar batubara dibutuhkan minimal tiga pembangkit.

"Hanya dengan tenaga nuklir kita bisa mengejar ketertinggalan daya saing dengan negara lain," tegasnya.

Ia berpendapat, penggunaan energi nuklir sangat aman, terbukti negara Perancis ketika harga minyak meningkat justru tahan terhadap goncangan ekonomi.

"Jadi... jangan berpikir menjadi negara yang bisa bersaing jika tidak ada loncatan penggunaan energi," kata Said yang juga Sekretaris Kementerian Negara BUMN ini.

Ia melanjutkan, pemerintah juga harus memperhatikan aspek sumber daya manusia.

Saat ini banyak para profesional di bidang perekayasaan industri beralih ke profesi lain seperti politikus, dan pedagang karena lebih banyak menyediakan lapangan kerja dan memperoleh duit lebih cepat.

Akibatnya banyak putra-putri terbaik Indonesia, yang tidak sejalan dengan itu justru lari dan mengabdikan diri di luar negeri karena merasa tidak dihargai di negeri sendiri.

Untuk itu, tegas Said, pemerintah perlu memberikan penghargaan kepada profesional yang memiliki kemampuan tinggi di bidang industri dan teknologi.

"Beri penghargaan kepada masyarakat yang bekerja langsung di lapangan, sehingga muncul kepercayaan diri untuk mengabdi bagi bangsa," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009