Sekarang agak longgar, apakah peran desa adat dikembalikan seperti dulu lagi?
Denpasar (ANTARA) - Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengatakan lonjakan kasus positif COVID-19 dalam beberapa waktu terakhir di Pulau Dewata dipicu karena kasus transmisi lokal yang terjadi di lingkungan rumah tangga atau keluarga dan pelaksanaan upacara adat.

"Kita lihat secara rinci dan cermat apa yang menyebabkan beberapa hari terakhir timbul lonjakan (kasus COVID-19) di Bali, kalau kita dengar laporan teman-teman di kabupaten/kota lebih banyak diakibatkan oleh transmisi lokal rumah tangga dan upacara-upacara," kata Wagub yang akrab dipanggil Cok Ace disela-sela menghadiri High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Bali, di Denpasar, Kamis.

Menurut dia, dengan dibukanya kembali tempat-tempat wisata, telah menyebabkan tak sedikit generasi muda yang sebelumnya selama sekian bulan harus berdiam di rumah kemudian meluapkan kegembiraannya dengan berwisata.

"Ini akhirnya timbul penderita-penderita yang tanpa gejala, OTG-OTG. Karena mereka muda-muda, sehat-sehat dan mereka pulang, ini yang menjadi sumber orang tuanya terkena (COVID-19-red) dan neneknya kena. Oleh karena daya tahan tubuh para orang tua yang sudah lemah, sehingga waktu penyembuhannya relatif lama serta risiko kematiannya tinggi," ucap Cok Ace.

Di sisi lain, pihaknya juga akan membicarakan lagi dengan Majelis Desa Adat Provinsi Bali untuk meminimalkan pertemuan-pertemuan di lingkungan desa adat.

Baca juga: Puluhan WNA terjaring sidak masker di wilayah Badung Bali

Baca juga: RS PTN Unud periksa 50-300 sampel uji usap per hari selama pandemi

Baca juga: Bali catatkan penambahan kasus COVID-19 dan kematian harian tertinggi


"Dulu masyarakat kita taat saat ada Maklumat Kapolri (terkait larangan berkerumun-red). Kapolda, Kapolres dulu semua turun. Sekarang agak longgar, apakah peran desa adat dikembalikan seperti dulu lagi? Kalaupun tidak taat seperti dulu lagi, tetapi mesti disadari COVID-19 masih ada," ujarnya.

Mengenai sorotan bahwa Bali persentase penggunaan ruang perawatan di rumah sakit tertinggi, Wagub Bali mengatakan hal itu karena ruangan yang tersedia dan jumlah pasien yang relatif seimbang.

Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Bali juga akan merapatkan dengan pihak RS swasta agar bisa digunakan sebagai RS rujukan penanganan COVID-19. "Andaikata disiapkan ruang lebih banyak, akan turun nanti persentasenya," kata Cok Ace.

Sementara itu, hingga Kamis (10/9) jumlah kumulatif kasus positif COVID-19 di Provinsi Bali menjadi 6.834 orang. Sedangkan pasien yang sudah sembuh sebanyak 5.437 orang atau 79,56 persen dari total kasus positif yang terkonfirmasi.

Sedangkan untuk pasien positif dalam perawatan (kasus aktif) yang dirawat di RS dan dikarantina di Bapelkesmas, UPT Nyitdah, Wisma Bima, Hotel Ibis, Hotel Grand Mega dan BPK Pering) sebanyak 1.246 orang (18,23 persen) dan pasien yang meninggal dunia di Pulau Dewata secara kumulatif menjadi 151 orang atau 2,21 persen dari total kasus.

Peningkatan signifikan kasus harian positif COVID-19 dan kematian di Provinsi Bali terjadi sejak akhir Agustus 2020 dengan rata-rata di atas 150 kasus baru setiap harinya dan yang meninggal dunia bertambah 81 orang dalam kurun waktu sepekan.

Baca juga: Cegah klaster Pilkada, Polda Bali perketat pengamanan TPS

Baca juga: Jawa-Bali sumbang 64,26 persen kasus COVID-19, sebut Satgas COVID-19

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020