Surabaya (ANTARA) - Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga dr Windhu Purnomo mengkritisi rencana kewajiban tes usap bagi pendatang yang akan ke Kota Surabaya.

"Harusnya mengambil kebijakan seperti DKI Jakarta, yaitu memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total, bukan mewajibkan tes usap bagi pendatang atau warga Surabaya yang bepergian selama seminggu," ujarnya saat dihubungi di Surabaya, Minggu.

Baca juga: Surabaya bakal berlakukan sanksi denda pelanggar protokol kesehatan

Baca juga: Pendatang yang menginap di Surabaya diminta jalani tes COVID-19


Bahkan, kata dia, penerapan PSBB tak hanya kawasan zona merah, tapi zona oranye harusnya wajib menerapkan kebijakan itu,  sehingga penularan COVID-19 bisa ditekan.

Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19, Surabaya termasuk zona oranye. Memiliki total 13.059 kasus positif, 10.765 dinyatakan sembuh dan 985 kasus meninggal dunia, sehingga kasus aktif tersisa 1.309 kasus.

"Kendati demikian, risiko penularan masih membahayakan, sebab kabupaten tetangganya, yakni Sidoarjo zonanya masih merah," ucapnya.

Penerapan PSBB, menurut Windhu sebetulnya sudah cukup meringankan bagi pemerintah dan masyarakat karena berbeda jauh dengan karantina wilayah maupun lockdown.

"PSBB itu nanggung. Tapi kalau pilihannya PSBB ya betul-betul PSBB. Jangan seperti dulu. Surabaya Raya sampai tiga kali plus satu (PSBB)," katanya.

"Selesai PSBB kasus bergerak naik. Tidak ada gunanya itu (PSBB tiga kali), karena tidak sungguh-sungguh," katanya.

Catatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya, sehari selesai PSBB, yakni 9 Juni 2020 terkonfirmasi positif di Surabaya 3.439 kasus.

Baca juga: Satgas belum dapat laporan paslon pilkada Surabaya positif COVID-19

Baca juga: 47 warga binaan dikembalikan ke blok hunian usai karantina COVID-19


Saat ini mencapai 13.059 kasus. Artinya, terdapat 9.620 kasus baru usai PSBB berakhir tiga bulan lalu.

Windhu berharap agar pemerintah daerah dapat menerapkan PSBB secara sungguh-sungguh apabila ingin mengendalikan penyebaran virus corona.

"Utamakan kesehatan masyarakat. Itu kata kunci, tapi diimplementasikan jangan cuma di bibir. Apa yang dikatakan presiden itu dilaksanakan dengan penuh," tutur dia.

Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020