Indonesia memiliki peluang besar untuk menggantikan posisi China sebagai tujuan investasi dari hubungan rantai pasok baru di pasar global
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memaparkan empat strategi dan kebijakan yang akan dilakukan pemerintah dalam rangka memperbaiki iklim investasi di Indonesia.

Menurut dia, strategi dan kebijakan ini dilakukan karena Indonesia memiliki peluang besar untuk menggantikan posisi China sebagai tujuan investasi dari hubungan rantai pasok baru di pasar global.

"Untuk mengatasi tantangan eksternal dan internal guna menangkap peluang realokasi dari China ke Asia Tenggara, maka pemerintah menyadari pentingnya peningkatan iklim investasi dan daya saing Indonesia," katanya dalam acara HSBC Economic Forum di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Menko Airlangga: 143 perusahaan berencana realokasi investasi ke RI

Airlangga merinci strategi pertama adalah segera menyelesaikan pembahasan RUU Cipta Kerja dengan DPR RI karena terdapat hal-hal yang disasar seperti penciptaan lapangan kerja, peningkatan kompetensi pencari kerja, dan kesejahteraan pekerja.

Kemudian, juga mengenai peningkatan produktivitas kerja serta investasi sehingga transformasi ekonomi melalui RUU Cipta Kerja diharapkan mengeluarkan Indonesia dari jebakan negara berpendapatan menengah.

Strategi kedua adalah menyusun daftar prioritas investasi yang tidak hanya dengan pendekatan picking the winners namun juga mencakup bidang-bidang usaha yang akan diberikan fasilitas baik perpajakan maupun nonperpajakan.

Kriteria bidang usaha yang akan diberi fasilitas antara lain industri yang berorientasi ekspor, substitusi impor, padat karya, padat modal hightech dan berbasis digital.

"Diharapkan dengan daftar prioritas investasi ini dapat menarik investasi yang bukan hanya besar tapi juga berkualitas dan mampu menciptakan lapangan kerja," ujarnya.

Strategi ketiga adalah melakukan pengembangan koridor di sepanjang Pulau Jawa bagian utara dalam rangka penguatan pengembangan industri dan konektivitas transportasi serta logistik.

Airlangga menyebutkan koridor Jawa merupakan penyumbang 38,7 persen dari total produk domestik bruto (PDB) nasional dan 53,56 persen terhadap total sektor industri nasional.

Pengembangan koridor ekonomi di Jawa bagian utara diharapkan dapat mendorong pemanfaatan kawasan industri sebagai pusat pengungkit pertumbuhan ekonomi baru untuk mendukung investasi di sektor industri perdagangan dan jasa.

Tak hanya itu, pengembangan ini juga diharapkan mampu meningkatkan ekspor melalui peningkatan daya saing industri interkoneksi supply chain dan meningkatkan value chain.

"Sekaligus mengintegrasikan kawasan industri dengan sistem pengembangan infrastruktur transportasi dan logistik," ujarnya.

Strategi keempat adalah menyusun inisiatif pembangunan superhub sebagai sentra produksi perdagangan teknologi dan keuangan karena saat ini terdapat lima potensi superhub di Indonesia.

Lima potensi superhub tersebut yakni koridor Bali-Nusa Tenggara, Sulawesi Utara, Batam-Bintan-Karimun-Tanjung Pinang, kawasan ibu kota negara di Kalimantan Timur, dan kawasan segitiga rebana di Jawa Barat.

"Pengembangan industri berbasis kluster melalui superhub di daerah-daerah tersebut diharapkan bisa meningkatkan pemerataan ekonomi antardaerah," katanya.

Baca juga: Menko Airlangga: Potensi ekonomi digital RI capai 133 miliar dolar AS
Baca juga: Bahlil: RUU Cipta Kerja jadi "karpet merah" semua investor

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020