Properti sangat terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi
Jakarta (ANTARA) - Konsultan properti Colliers International mengingatkan bahwa kinerja sektor properti mencerminkan gerakan pertumbuhan ekonomi sehingga bila terjadi resesi ke depannya juga bakal dipastikan berdampak kepada kondisi sektor properti nasional.

"Properti sangat terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi," kata Senior Associate Director Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, dalam rilis di Jakarta, Sabtu.

Untuk itu, ujar dia, dalam rangka membantu mengatasi efek resesi termasuk kepada sektor properti, kebijakan pemerintah diharapkan dapat meningkatkan daya beli warga.

Hal tersebut, lanjutnya, karena dengan kondisi saat ini, daya beli masyarakat cenderung melemah sehingga pengeluaran dipastikan akan lebih selektif sehingga lebih mengutamakan kebutuhan dasar sehingga akan sangat berpengaruh kepada pembelian properti.

"Bahkan tanpa adanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), kami nilai kemungkinan bahwa pada akhir 2020, tren pertumbuhan properti akan menurun, karena pertumbuhan dalam properti itu sejalan dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto atau PDB," paparnya.

Ia memperkirakan bahwa diharapkan pada semester kedua atau paruh terakhir 2021, industri properti di Tanah Air akan dapat mulai bangkit kembali.

Menurut dia, sebenarnya saat ini merupakan waktu yang tepat untuk berinvestasi properti karena disinyalir telah banyak investor mempersiapkan hal tersebut guna mengantisipasi bila sektor properti akan bangkit kembali pada masa mendatang.

Sebagaimana diwartakan, Satuan Tugas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional (PEN) meyakini anggaran stimulus PEN, yang ditargetkan tersalurkan hingga Rp100 triliun akhir September 2020, akan memberikan daya ungkit ekonomi yang cukup besar pada kuartal III 2020, sehingga mampu memperbaiki pertumbuhan ekonomi dibanding kuartal sebelumnya.

"Tetapi, memang ada variabel lain yang kita tidak tahu apakah turunnya lebih dalam atau kemudian ada sektor lain yang tidak produktif, itu di luar perkiraan kita. Tapi, dengan bekerja keras salurkan Rp100 triliun, kita harap dalam tiga bulan terakhir ini kita bisa berikan daya ungkit ekonomi yang cukup besar untuk kuartal III," kata Ketua Satgas PEN Budi Gunadi Sadikin dalam jumpa pers daring dari Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (16/9).

Budi menjelaskan hingga awal pekan ini anggaran stimulus PEN yang sudah tersalurkan mencapai Rp87,5 triliun. Dengan demikian, dalam dua pekan terakhir, Satgas PEN akan mengebut pencairan anggaran agar mencapai Rp100 triliun untuk meningkatkan konsumsi domestik.

Sebelumnya, ekonom Elvyn G Massasya menilai kunci pemulihan ekonomi pada masa krisis akibat pandemi COVID-19 adalah dengan terlebih dahulu menyelesaikan masalah kesehatannya.

Selain itu, ujar dia, Indonesia harus menerapkan transformasi model ekonomi serta melakukan subsidi silang (cross subsidy). "Persyaratan utama untuk recovery ekonomi saat ini adalah dengan menyelesaikan dahulu masalah COVID-19. Untuk itu, harus dilakukan dengan segala cara (at all cost)," kata Elvyn.

Ia menjelaskan pandemi COVID-19 berdampak pada ekonomi dunia, termasuk Indonesia.Pada triwulan I-2020, ekonomi Indonesia tercatat tumbuh 2,97 persen dan triwulan II-2020 terkontraksi 5,32 persen dibandingkan triwulan II-2019. Sedangkan triwulan III-2020 diperkirakan terkontraksi berkisar 3-4 persen.

Baca juga: Konsultan: Hotel jadi sektor properti pertama terdampak PSBB
Baca juga: Perlindungan bagi pengembang dan konsumen properti jadi prioritas

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020