Tanjungpinang (ANTARA News) - Yunita (36), guru SMA 4 Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri), mengaku masih trauma setelah diancam melalui situs jejaring sosial "facebook" oleh siswanya akan dibunuh dan dimutilasi.

"Saya masih trauma dan takut akibat ancamaan pembunuhan dan mutilasi melalui jejaring sosial facebook tersebut oleh siswa saya," kata Yunita di SMA 4 Tanjungpinang, Senin.

Yunita mengaku, selain merasa dihina dengan kata-kata kotor oleh empat siswanya yang sudah dikeluarkan sekolahnya, dia juga mengkhawatirkan ancaman pembunuhan dan mutilasi yang ditulis salah seorang siswa itu.

"Ancaman pembunuhan itu yang lebih dominan yang membuat saya tidak aman," ujarnya sambil menangis.

Selama ini menurutnya dia tidak pernah bermasalah dengan anak-anak tersebut, hanya permasalahan tugas sekolah yang diberikannya tidak pernah diselesaikan siswanya dalam waktu lima minggu.

"Tugas keterampilan yang saya berikan harus diselesaikan dalam waktu satu pekan untuk satu tugas, namun setelah lima pekan tidak satupun tugas-tugas yang saya berikan mereka selesaikan," ujarnya.

Kepala Sekolah SMA 4 Tanjungpinang, Raja Rukiyati mengatakan, keputusan yang diambil sekolah sudah melalui beberapa tahapan sesuai dengan tata tertib sekolah.

"Rapat majelis guru juga tidak bisa lagi menerima keempat siswa tersebut sehingga dikembalikan kepada orang tuanya," katanya.

Keempat siswa sudah berulangkali melanggar sehingga mencapai nilai pelanggaran tertinggi dengan nilai 30.

"Sesuai dengan tata tertib sekolah, jika sudah mencapai nilai 30 akan dikembalikan kepada orangtua. Jika tidak dilakukan, dikhawatirkan anak-anak didik yang lain juga ikut melakukan pelanggaran yang tidak semestinya," ujarnya.

Empat orang siswa kelas dua jurusan IPA SMA 4 Tanjungpinang itu adalah MA, AN, AR dan YK.

Pelanggaran berat

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepri Arifin Nasir mengatakan, pelanggaran yang sudah dilakukan keempat siswa SMA 4 Tanjungpinang sudah termasuk pelanggaran berat terhadap seorang guru.

"Perbuatan mereka sudah termasuk pelanggaran berat, karena sudah mencaci maki, menghina, mengeluarkan kata-kata kotor bahkan ada ancaman pembunuhan disertai akan dipotong-potong," kata Arifin saat mendatangi SMA 4 Tanjungpinang.

Arifin mengatakan, tahapan-tahapan sebelum keputusan mengembalikan mereka kepada orangtua sudah dilalui pihak sekolah.

"Sebelumnya pihak sekolah sudah mengacu kepada tata tertib sekolah dan memanggil orangtua siswa," ujarnya.

Pada umumnya orangtua siswa menerima keputusan sekolah, meskipun meminta anak-anak mereka tetap bersekolah di SMA 4 Tanjungpinang.

Arifin berharap guru-guru di sekolah lebih meningkatkan komunikasi dengan siswa serta orangtua siswa.

"Jalinan komunikasi yang baik harus dilakukan guru dengan siswa dan orang tua, jika pada suatu saat ada keputusan yang akan diambil tidak mengejutkan," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010