Sumur Maut yang menjadi lokasi penguburan jasad tujuh jenderal tampak terawat kondisinya.
Jakarta (ANTARA) - Pengelola Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur telah mengganti beberapa benda peninggalan sejarah dengan menggunakan replika dengan material yang serupa (autentik).

Kawasan wisata sejarah yang berada di lahan seluas 14,6 hektare di Jalan Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, saat ini menyimpan benda bersejarah peristiwa pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Kepala Museum Pengkhianatan PKI Letkol Caj (K) Winarsih mengatakan objek sejarah yang telah menggunakan material pengganti adalah tiga unit bangunan rumah tinggal yang menjadi lokasi penculikan dan penyiksaan tujuh jenderal.

Baca juga: Sejarawan minta ungkap fakta tragedi 1965
 
Pos Komando di lingkungan Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, yang digunakan pada 1 Oktober 1965 oleh Pasukan G-30-S/PKI yang bertugas menculik para pahlawan revolusi. (ANTARA/Andi Firdaus)


"Tidak semua orisinal. Di dalam ada lemari dan mesin jahit yang masih orisinal, kalau bilik bangunan sudah ada perubahan material, kecuali ubin dan pilar yang masih utuh," katanya di Lubang Buaya, Rabu siang.

Bangunan tersebut berupa Pos Komando yang digunakan pada 1 Oktober 1965 oleh Pasukan G-30-S/PKI yang bertugas menculik para pahlawan revolusi.

Baca juga: Yudi Latif: Pembudayaan Pancasila membentuk kolektif bangsa yang baik

Ada juga bangunan Dapur Umum yang digunakan untuk mempersiapkan logistik untuk Pasukan Pemberontak G-30-S/PKI serta bangunan rumah yang menjadi lokasi penyiksaan dan penyekapan pahlawan revolusi.

"Kita harus tetap pelihara, misalnya genting masih kualitas yang sama pada saat itu, dinding sudah menggunakan bambu anyaman yang otentik. Karena benda ini peninggalan tahun 1965, sudah 55 tahun," katanya.
 
Bangunan Dapur Umum di lingkungan Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, yang digunakan pada 1 Oktober 1965 oleh Pasukan G-30-S/PKI yang memproduksi logistik dalam misi penculikan para pahlawan revolusi. (ANTARA/Andi Firdaus)

Selain objek bangunan ada juga empat unit kendaraan klasik bernilai sejarah, di antaranya truk Dodge 500 buatan tahun 1961 B2982L yang kini sudah diganti menggunakan replika.

"Ini adalah replika kendaraan jemputan PN Arta Yasa yang sekarang divisi cetak uang logam Perum Perur, dipakai oleh PKI menculik dan mengangkut jenazah Brigjen TNI DI Panjaitan dari kediamannya," katanya.
Replika mobil truk Dodge 500 tahun 1961 dengan nopol B2982L di lingkungan Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. (ANTARA/Andi Firdaus)


Sedangkan tiga kendaraan lainnya yakni GM Old Mobile yang menjadi mobil dinas Menteri Panglima Angkatan Darat Letnan Jendral Ahmad Yani, mobil dinas Panglima Kostrad Mayjen Soeharto jenis Toyota Land Cruiser, serta panser batalyon Kavaleri 3 Kodam VIII Brawijaya seluruhnya masih orisinal.

Baca juga: Anggota MPR: Ulama turut andil dalam perumusan Pancasila

"Material mobil ini masih utuh semua sebab perawatan setiap hari, diberi oli. Tapi yang jelas mesinnya sudah tidak bisa hidup," katanya.
Kendaraan GM Old Mobile yang menjadi mobil dinas Menteri Panglima Angkatan Darat Letnan Jendral Ahmad Yani di lingkungan Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. (ANTARA/Andi Firdaus)


Pada sisi utara monumen berdiri Museum Pengkhianatan PKI (Komunis) yang menyimpan sejumlah benda milik tujuh jendral yang wafat.

"Jadi kami perawatannya seperti pakaian bersejarah ini harus berkoordinasi juga dengan museum tekstil untuk perawatan baju-baju agar baju tersebut tetap seperti kondisi semula," katanya.

Baju dinas hingga dompet milik pahlawan revolusi itu tersimpan di dalam kaca dan tidak boleh tersentuh.

"Di bagian dalamnya ada semacam bahan-bahan pengawetnya," katanya.

Sementara Sumur Maut yang menjadi lokasi penguburan jasad tujuh jenderal tampak terawat kondisinya.

Sumur sedalam 12 meter itu telah didekorasi menggunakan cungkup yang dihiasi ukiran kayu serta pembatas marmer yang dipasang sejak pemugaran pertama 1967.
Sumur Maut di lingkungan Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. (ANTARA/Andi Firdaus)

"Kita kasih lampu di mulut sumurnya sekitar 2,5 meter dari atas marmer, terus kita pasang semacam besi pengaman. Kita harus berikan pengamanan jangan ada yang kecemplung," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020