Ambon (ANTARA) - Tidak stabilnya pasokan arus listrik dari PT PLN (persero) mengakibatkan dua alat vital milik Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Ambon hangus terbakar.

"Peralatan yang rusak akibat naik turunnya voltage secara mendadak ini adalah laminaring dan freezer untuk penyimpanan sampel yang diambil dari masyarakat untuk diuji apakah seseorang positif terpapar virus corona atau tidak," kata Kepala Seksi Pengembangan Teknologi Laboratorium BTKLPP Ambon F AdriansF. Adrians di Ambon, Sabtu.

Baca juga: BTKLPP Palembang lakukan tes usap COVID-19 di lima kabupaten/kota

Baca juga: Masuk tahap lima, PSBB transisi diperpanjang lagi di Kota Ambon


Sehingga, BTKLPP Ambon meminta dukungan DPRD Maluku untuk berkoordinasi dengan pihak PLN agar bisa menjamin stabilitas arus listrik di kawasan Karangpanjang dan Kopertis, Kecamatan Sirimau (Kota Ambon).

"Pengalaman pekan lalu, kami mohon dukungan pimpinan dan anggota DPRD provinsi menyangkut pelayanan jasa listrik oleh pihak PLN, kalau bisa jalur listrik di kawasan Karangpanjang dan Kopertis bisa mendapatkan pengawasan ekstra," ujarnya.

Akibat tidak stabilnya arus listrik di kawasan itu yang terdapat gedung Kantor BTKLPP Ambon, menyebabkan dua peralatan,  yakni laminaring dan freezer yang merupakan tempat penyimpanan sampel hangus terbakar.

Kalau sampelnya rusak tentu akan meresahkan masyarakat yang menunggu hasil tes usap mereka, dan BTKLPP juga memohon maaf kepada masyarakat terkait keterlambatan hasil pemeriksaan laboratorium mereka.

Meskipun BTKLPP memiliki mesin genzet sendiri, arus listrik yang tidak stabil secara mendadak membuat peralatan mereka mengalami kerusakan.

Dikatakan, pada prinsipnya aktivitas pemeriksaan spesimen itu masih berjalan normal dan sampai 1 Oktober 2020, sudah dilakukan pengujian sampel sebanyak 14.525 spesimen.

Baca juga: Puluhan dosen positif, BTKLPP tes usap massal lingkungan Kampus USU

Baca juga: ACT Maluku sumbang puluhan APD untuk tenaga medis RSUD Haulussy Ambon


Sampai Jumat, (2/10) 2020, spesimen yang tinggal dibaca hasilnya ada 200-an dan yang belum diproses sama sekali lebih dari 300 spesimen karena proses pengujiannya dilakukan secara bertahap.

Menurut dia, BTKLPP Ambon didukung tenaga analis 16 orang di laboratorium dengan masing-masing kualifikasinya. Mereka juga kelabakan dengan begitu banyaknya spesimen yang masuk, sementara barang habis pakai juga menjadi kendala. Oleh karena itu, DPRD dan Pemprov diminta memperhatikan keberadaan barang habis pakai tersebut.

Pewarta: Daniel Leonard
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020