Denpasar (ANTARA) - Staf Sub Bagian Psikologi Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Sanglah, Denpasar Lyly Puspa Palupi S., Psikolog mengatakan bahwa pengetahuan tentang COVID-19 perlu diajarkan pada anak-anak sejak dini.
 
"Anak-anak perlu diberikan pengetahuan seputar COVID-19, misalnya apa itu virus corona, jika terkena gejalanya seperti apa, kemudian apa saja yang perlu dilakukan agar tidak terinfeksi virus tersebut," kata Lyly saat dihubungi di Denpasar, Senin.

Baca juga: Psikolog: Belajar via daring berpotensi munculkan stres pada anak

Menurut Lyly, tidak sekedar informasi, anak-anak juga perlu dilatih dan diberikan contoh nyata terutama dari lingkungan terdekatnya, yakni keluarga tentang kebiasaan hidup sehat dan melakukan protokol kesehatan yang benar.
 
Ia menjelaskan untuk lingkungan terdekat anak, seperti orang tua atau orang terdekat lainnya dapat mengawal dalam memberikan pembelajaran dan contoh kebiasaan-kebiasaan di masa COVID-19.
 
Pembelajaran yang dimulai dengan menerapkan perilaku hidup sehat, seperti makan makanan bergizi, olahraga teratur, rajin mencuci tangan, istirahat yang cukup, memakai masker bila keluar rumah, dan tidak pergi ke tempat kerumunan.

Selain itu, mengajarkan anak untuk terus berpikir positif, bahwa pandemi akan segera berakhir. "Jika kita semua patuh pada protokol kesehatan dan mengajak anak berdoa kepada Tuhan memohonkan agar pandemi cepat berlalu," ucapnya.
 
Kebiasaan-kebiasaan baru tersebut sebaiknya mulai diajarkan dan diterapkan sejak dini agar anak-anak secara perlahan bisa memahami dan membiasakan diri dengan pola hidup sehat. Selain itu, dapat mencegah penyebaran COVID-19 di lingkungan keluarga, karena sudah terbiasa dengan penerapan protokol kesehatan.

Baca juga: Psikolog sarankan tetap berpikir positif di tengah pandemi

Baca juga: Psikolog: "me time" cukup 30 menit
 
Lyly menambahkan terkait pendampingan pembelajaran jarak jauh dari rumah juga penting di lakukan. Ketika anak harus belajar di rumah, sebenarnya ini merupakan waktu bagi orang tua untuk lebih mengenal dan memahami kemampuan anak.
 
"Contohnya saja, ternyata kalau belajar matematika lebih mudah paham dibanding ketika harus memahami isi bacaan atau menghafal sesuatu. Ternyata konsentrasi anak ketika menulis tidak bertahan lama. Jadi, dengan mengenali dan memahami gaya belajar serta tingkat kemampuan belajar anak, orang tua bisa membuat strategi belajar untuk anak sesuai kemampuan anak," kata Lyly.
 
Selanjutnya, disarankan juga bagi para orang tua untuk berdamai dengan situasi dan kondisi yang dialami ketika mendampingi anak belajar, seperti mengatur waktu sedemikian rupa antara pekerjaan, mengurus rumah, dan lain sebagainya.
 
Selain itu, untuk meminimalisasi konflik ketika anak kurang memahami dan menguasai pembelajaran dianjurkan agar bertanya kepada guru. "Orang tua merasa kurang menguasai materi pelajaran yang diberikan, jangan sungkan untuk bertanya kepada guru atau jika memungkinkan bisa dibantu pendampingan guru les. Ini untuk menghindari stres orang tua dalam mengajarkan anak," tuturnya.

#satgascovid19 #ingatpesanibu

Baca juga: Psikolog klinis: Orang tua berperan penting dalam pengasuhan anak

Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020