Dampaknya adalah menurunnya harga jual secara drastis
Tanjung Pinang (ANTARA) - Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) TS Arif Fadillah menyampaikan pandemi COVID-19 memukul sektor usaha perikanan dan budi daya ikan laut di daerah tersebut.

"Dampaknya adalah menurunnya harga jual secara drastis," kara Arif Fadillah di Tanjung Pinang, Rabu.

Menurut Arif, adapun hasil budi daya ikan, seperti kerapu biasanya dijual ke Malaysia, Singapura, dan Hongkong, namun sejak COVID-19 sudah tidak ada lagi, dan hanya dipasok ke pasar lokal yang daya serapnya juga tidak maksimal.

Baca juga: KKP sebut usaha perikanan tangkap semakin prospektif meski pandemi

"Harga kerapu sebelum pandemi berkisar Rp120 ribu per kilogram, setelah COVID-19 ini menjadi hanya Rp70 ribu bahkan Rp50 ribu per kilogram. Kalau ikan kakap, bawal bintang masih di harga Rp70 ribu per kilogram," ungkap Arif. Nilai produksi rata-rata usaha perikanan di daerah itu, kata dia, kini hanya Rp60 ribu per kilogram.  Produksi olahan perikanan sebelum COVID-19 bisa sampai lebih dari 1 juta ton pada tahun 2019, namun sampai saat ini hanya 685 ribu ton. 

"Pemerintah daerah dan pusat terus berupaya untuk memulihkan UMKM, khususnya di komisi perikanan dan menjaga proses hulu hingga hilir dapat berjalan optimal melalui upaya dalam program strategis," ujarnya.

Lanjut Arif memaparkan di seluruh Provinsi Kepri tercatat ada sebanyak 2.132 koperasi, koperasi nelayan berjumlah 262, dan UMKM berjumlah 160.290.

Baca juga: Pelaku usaha perikanan diharapkan bangun pemasaran digital

Para pelaku usaha di bidang kelautan dan perikanan, lanjut dia, sangat memerlukan kemudahan akses pembiayaan. Selain itu, katanya, masalah lainnya adalah tingginya biaya logistik yang berdampak kepada tingginya harga jual dari pulau terluar, rendahnya pemanfaatan teknologi bagi koperasi dan UMKM dalam pengelolaan bahan baku, dan rendahnya kualitas kemasan produk koperasi dan UMKM.

"Apa yang menjadi kendala para pengusaha di bidang kelautan dan perikanan itulah yang ingin terus kita dongkrak agar maju,"sebutnya.

Dikatakannya, sesuai laporan bupati dan wali kota se-Kepri, para nelayan tangkap tidak punya akses pemasaran, ditambah lagi daya beli masyarakat sekarang kurang.

“Pasar lokal, restoran, dan hotel di Kepri yang dulunya sangat eksis di dunia pariwisata sekarang tampak kosong karena semuanya terbatas akibat wabah COVID-19," katanya.

Baca juga: KKP: Pelaku usaha perlu fokus produk siap makan

   

Pewarta: Ogen
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020