Pelumpuran SPAH baru pertama kali dilakukan tahun 2020 ini. Dimulai dari SPAH yang dibangun pada 2003
Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan upaya mengatasi potensi munculnya genangan di musim hujan dengan membersihkan sumur peresapan air hujan (SPAH) yang baru pertama kali dilakukan, selain pelumpuran atau pembersihan saluran air hujan.

"Pelumpuran SPAH baru pertama kali dilakukan tahun 2020 ini. Dimulai dari SPAH yang dibangun pada 2003,” kata Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kota Yogyakarta Aki Lukman di Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia, baik saluran air hujan (SAH) dan SPAH di Kota Yogyakarta mengalami sedimentasi akibat banyaknya sampah dan pasir yang masuk ke dalamnya sehingga mengurangi kapasitas saluran dan sumur peresapan.

Akibatnya, lanjut dia, jika terjadi hujan dengan intensitas cukup deras maka timbul genangan karena air hujan tidak dapat masuk ke saluran atau meresap ke dalam sumur.

“Endapannya cukup banyak. Ada yang masih mudah dibersihkan, tetapi ada pula yang sampai mengeras di dalam saluran. Bagaimana air mau masuk kalau salurannya benar-benar mampet,” katanya.

SPAH yang dibersihkan pada tahun ini di antaranya berada di Jalan Kusumanegara, di kawasan cagar budaya Kotagede dan di Jalan Veteran. Sedangkan pelumpuran SAH dilakukan di Jalan Ki Pejawi, dan Jalah KH Ahmad Dahlan.

“Pembersihan SPAH dan SAH dilakukan oleh tenaga swakelola sekaligus untuk memperbaiki inlet-inlet saluran yang rusak,” katanya.

Selain di Jalan Kusumanegara, beberapa titik di Kota Yogyakarta yang berpotensi mengalami genangan saat musim hujan di antaranya di Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Suroto, dan Jalan Kemasan.

“Kami pun berkoordinasi dengan Bidang Binamarga. Jika melakukan pekerjaan perbaikan jalan maka diharapkan dapat dilengkapi dengan pembangunan SPAH supaya mengurangi potensi genangan,” katanya.

Ia pun berharap agar masyarakat termasuk pelaku usaha khususnya kuliner untuk tidak membuang sampah sembarangan ke dalam saluran air hujan atau SPAH.

“Masih ada saja warga atau pelaku usaha yang memasukkan limbah ke SAH. Jika ada temuan, maka akan segera kami tutup salurannya. Masyarakat harus membuat septic tank sendiri, jangan dimasukkan ke SAH,” kata Aki Lukman.

Sebelumnya, BMKG Yogyakarta menyatakan bahwa awal musim hujan diperkirakan terjadi pada pertengahan Oktober hingga November.

Sehingga pada saat ini masih masuk pada periode pancaroba dan beberapa hal yang perlu diperhatikan di antaranya curah hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang pada siang dan sore hari dengan skala lokal.

Curah hujan perdasarian juga diperkirakan mengalami kenaikan 40-70 mm per dasarian dibanding September sehingga masyarakat perlu mewaspadai beberapa potensi bencana seperti genangan, banjir, longsor, hujan disertai angin kencang, pohon dan baliho roboh.

Baca juga: Drainase Kotagede Yogyakarta akan dilengkapi 100 sumur resapan

Baca juga: DLH Yogyakarta lanjutkan program sumur resapan di sekolah

Baca juga: Walhi: sumur resapan atasi pencemaran air di DIY


Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020