Jakarta (ANTARA) -
Tokoh pemuda Papua mengapresiasi pemerintah dalam menangani dan menyelesaikan investigasi kasus penembakan di Kabupaten Intan Jaya, Papua pada September 2020.
 
"Kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah, dalam hal ini Bapak Presiden Joko Widodo, yang memang beliau punya hati dan niat yang tulus, untuk memperbaiki situasi dan keadaan yang akhir akhir ini terus terjadi," kata tokoh pemuda Papua, Victor Abraham Abaidata dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Hasil investigasi Intan Jaya diserahkan ke Menko Polhukam pada Rabu

Baca juga: Mahfud akan umumkan hasil investigasi Intan Jaya
 
Victor yang juga anggota Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya ini mengatakan, penyelesaian seperti membentuk TGPF akan membuat persoalan di Papua akan bisa didekati dengan baik dan konstruktif, dimana rakyat Papua bisa hidup damai di bawah pengamanan TNI.
 
"Pendekatan pembangunan terhadap manusia itu jauh lebih penting. Sehingga apa yang dilakukan oleh TGPF adalah bagian dari pintu masuk untuk memulihkan keadaan papua, untuk memulihkan kembali kepercayaan orang papua terhadap negara, terhadap pemerintah. Karena satu hal tantangan terberat kita ke depan adalah bagaimana menghadapi generasi milenial, generasi abad ini yang jauh lebih kritis," kata Victor.
 
Anggota TGPF tidak hanya melibatkan unsur TNI, Polri dan BIN, tapi juga tokoh-tokoh Papua yang dikenal kredibel, serta sejumlah tokoh nasional dan tokoh kampus.
 
Dengan berakhirnya tugas investigasi, para tokoh Papua itu mengapresiasi pemerintah khususnya Presiden Jokowi, yang menangani kasus penembakan Intan Jaya dengan pendekatan kemanusiaan.
 
Pendeta Henok Bagau, tokoh agama Intan Jaya yang dekat dengan pendeta Yeremias Zanambani, yang tertembak di Intan Jaya 19 September lalu, menilai upaya pengungkapan fakta seperti ini akan membuat warga Papua semakin percaya pada pemerintah pusat.

Baca juga: Mahfud sebut penembakan anggota TGPF direncanakan

Baca juga: Mahfud minta TGPF Intan Jaya selesaikan laporan investigasi
 
Di dalam tim investigasi, pendeta Henok mengaku bekerja sama baik dengan unsur TNI, Polri, dan BIN, yang sedikitpun tidak membatasi dirinya untuk bersuara.
 
"Ini merupakan satu terobosan dalam sejarah masyarakat papua kami melihat bahwa tim yang dibentuk benar-benar independen, tidak berpihak pada siapapun dan sungguh-sungguh mengikuti hati nurani dan fakta yang ada," tegas Pendeta Henok Bagau.
 
Tokoh Papua lainnya yang juga anggota tim adalah Taha Alhamid, sekjen Dewan Presidium Papua mengaku senang dengan cara kerja dan hasil-hasil yang dicapai oleh tim.
 
Taha yang juga adalah tokoh Muslim Papua ini mengapresiasi unsur TNI di dalam tim, dimana tokoh-tokoh Papua bisa duduk berdampingan dan saling percaya dengan TNI dan Polri.
 
"Suatu perkembangan yang baik, TNI mau membuka diri dan saya kira ini membuat makin tumbuhnya rasa percaya, lalu akan ada perubahan persepsi di masyarakat tentang TNI. ini bisa menjadi dasar utama, bisa menjadi modal untuk memulai membangun Papua ke depan, papua yang damai untuk semua orang," papar Taha Alhamid.
 
Diplomat senior yang pernah menjadi duta besar Indonesia di PBB, Makarim Wibisono menilai arti strategis upaya pemerintah ini dari sisi Hak Azasi Manusia.
 
Menurutnya, cara penyelesaian seperti ini akan mampu memperbaiki nama Indonesia di bidang HAM, apalagi tokoh-tokoh yang terlibat di dalam tim dipercaya publik.
 
"Masyarakat merasa atau melihat bahwa pelanggaran HAM itu sebagai luka bangsa. Jadi adanya usaha dari pemerintah untuk membentuk TGPF ini, menunjukkan itikad dari pemerintah untuk memperjelas masalahnya itu," kata Makarim.
 

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2020