Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember ditutup 73 sen lebih tinggi menjadi 42,46 dolar AS per barel
New York (ANTARA) - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), didorong oleh kemungkinan paket stimulus ekonomi di Amerika Serikat, tetapi berjuang untuk pulih sepenuhnya dari kerugian sesi sebelumnya ketika persediaan bensin AS lebih tinggi menandakan prospek permintaan yang memburuk karena kasus virus corona melonjak.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember ditutup 73 sen lebih tinggi menjadi 42,46 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember juga terangkat 61 sen menjadi menetap di 40,64 dolar AS per barel.

Kedua kontrak minyak mentah merosot lebih dari tiga persen pada Rabu (21/10/2020) dalam penurunan harian tertajam mereka dalam tiga minggu terakhir.

Baca juga: Harga minyak jatuh, setelah laporan persediaan minyak AS

Kontrak berjangka memperoleh momentum pada Kamis pagi (22/10/2020) ketika Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan kedua belah pihak mendekati paket stimulus ekonomi, meningkatkan ekspektasi bahwa permintaan dapat meningkat, kata Bob Yawger, direktur Energy Berjangka di Mizuho di New York.

Saham-saham di Wall Street juga naik pada Kamis (22/10/2020) dalam perdagangan berombak, saat para investor menyambut prospek lebih banyak stimulus fiskal untuk mendukung ekonomi AS yang rusak akibat pandemi, dengan lebih banyak data menunjukkan pemulihan pasar tenaga kerja yang melambat.

Stok bensin AS naik 1,9 juta barel pekan lalu, Badan Informasi Energi (EIA) mengatakan pada Rabu (21/10/2020), dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 1,8 juta barel.

Produk keseluruhan yang dipasok - mewakili permintaan - rata-rata 18,3 juta barel per hari (bph) dalam empat minggu hingga 16 Oktober, kata EIA, jatuh 13 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Angka rekor harian baru infeksi COVID-19 di beberapa negara bagian AS dan di Eropa, bersama dengan penguncian virus corona lebih lanjut dan tindakan keras China pada perjalanan keluar, semuanya menjadi pertanda buruk bagi permintaan bahan bakar.

Memperburuk prospek, harapan bahwa anggota parlemen AS akan mencapai kesepakatan dengan Gedung Putih pada paket stimulus ekonomi meredup pada Rabu malam (21/10/2020) setelah Presiden Donald Trump menuduh Demokrat menahan kesepakatan kompromi.

"(Kesepakatan) mungkin memperbaiki nada permintaan selama satu atau dua minggu," kata Lachlan Shaw, kepala penelitian komoditas di National Australia Bank, dikutip dari .

Menambah kekhawatiran pasokan, ekspor minyak Libya dengan cepat meningkat memasuki Oktober ketika pemuatan dimulai kembali setelah pelonggaran blokade oleh pasukan timur.

Produksi Libya telah pulih menjadi sekitar 500.000 barel per hari dan pemerintah di Tripoli memperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun.

Goldman Sachs memperkirakan rata-rata harga Brent naik menjadi 59,40 dolar AS tahun depan dari 43,90 dolar AS tahun ini, dan WTI naik menjadi 55,90 dolar AS dari 40,10 dolar AS per barel.

Baca juga: Emas anjlok 25 dolar tertekan data pekerjaan AS dan penguatan dolar
Baca juga: Wall Street dibuka sedikit menguat setelah rilis data pengangguran AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020