Cukup suruh isolasi karena dalam dua minggu sudah sehat, suruh makan enak dan setelah sembuh kembali bekerja
Padang (ANTARA) - Selepas Maghrib, Feri berencana membeli makanan untuk santap malam, usai seharian bekerja sebagai karyawan swasta di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.

Sudah tiga rumah makan didatangi untuk membeli sebungkus nasi padang dengan lauk favoritnya, dendeng balado.

Namun, saat baru saja sampai depan rumah makan, terlihat di balik etalase kaca, pelayan yang mengambilkan lauk dan nasi tak memakai masker.

Ia pun urung membeli makanan di tempat itu karena khawatir terpapar Corona Virus Disease (COVID-19) yang dapat menginfeksi siapa saja itu.

Feri termasuk pribadi yang disiplin soal protokol kesehatan sejak pandemi virus corona jenis baru itu. Sedapat mungkin, ia menghindari makan di tempat, jika berkunjung ke rumah makan.

Selain itu, ia memastikan protokol kesehatan diterapkan, minimal karyawan memakai masker dan ada tempat cuci tangan di luar dilengkapi dengan sabun.

Walaupun tidak ada yang menjamin saat sudah memakai masker akan aman dari penularan virus, setidaknya ia telah berikhtiar agar tidak terpapar.

Oleh karena rumah makan ketiga yang ia singgahi, pelayannya tak pakai masker, ia urung dan putar balik mencari rumah makan lainnya yang lebih aman.

Dalam pikirannya bisa saja di kuah gulai tunjang atau pada dedak rendang yang disendok pelayan ada droplet walau setetes. Apalagi saat ini orang yang positif COVID dominan dari kalangan tanpa gejala.

Akhirnya, ia memilih satu rumah makan yang sebelumnya pernah ia singgahi dan taat protokol kendati jaraknya cukup jauh, sekitar lima kilometer dari tempat indekos.

Sebungkus nasi panas dilinangi kuah gulai nangka, tumis sayur kol, plus sepotong dendeng balado diserahkan pelayan untuk dibawa pulang, untuk disantap.

Baca juga: Pakar Kesehatan: Rumah makan jadi tempat rawan penularan COVID-19

Ia kerap heran dan bertanya-tanya mengapa dalam kondisi penambahan angka COVID-19 yang sedang tinggi-tingginya masih banyak dijumpai warga yang cuek saja terhadap protokol kesehatan, tak memakai masker saat keluar rumah.

Baginya tak masalah orang mau percaya atau tidak dengan COVID-19 , namun dengan memakai masker setidaknya akan menyelamatkan diri sendiri dan orang lain.

Oleh sebab itu, ia pun rela harus berbelanja makanan lebih jauh demi ikhtiar agar tak terpapar COVID-19.

Rawan

Pakar kesehatan Universitas Andalas (Unand) Padang Dr Andani Eka Putra menyampaikan rumah makan dan restoran menjadi tempat rawan penularan COVID-19 saat ini.

"Saat ini hampir tidak ada restoran dan rumah makan yang aman, dalam sebuah tes usap pada salah satu restoran, hampir 30 persen karyawannya terinfeksi," kata dia.

Kerawanan rumah makan atau restoran dari penularan virus diperparah oleh konsumen dan pelayan yang tidak pakai masker. Akhirnya restoran kini menjadi salah satu titik masalah penyebaran COVID-19,

Ia mengemukakan cara paling tepat mengatasi penyebaran COVID-19 di rumah makan adalah dengan melakukan tes usap gratis bagi pengelola dan karyawan.

Selain itu, para pengelola dan karyawan menerapkan protokol COVID-19 yang benar, dan semua pelayan wajib pakai masker serta jaga jarak dengan pengunjung.

Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unand itu, pernah menemukan angka "positif rate" saat tes usap di salah satu kafe yang mencapai 30 persen.

"Bayangkan kalau kafe ini dikunjungi banyak orang," katanya.

Rumah makan yang mau melaksanakan tes usap bagi pelayan perlu diapresiasi karena bisa dideteksi sejak awal terkait dengan penularan virus.

"Dalam kondisi begini jangan berpikir tidak diperiksa itu baik, saat ini kantor dan lainnya itu sarang virus semua, kuncinya harus diperiksa," katanya.

Baca juga: Dokter: Pemilik restoran gunakan media digital cegah COVID-19

Ia berpendapat restoran dan rumah makan harus adaptif terhadap pandemi COVID-19 dengan memberlakukan protokol kesehatan dan pemeriksaan berkala karyawannya.

Salah satu bentuk adaptif pandemi COVID adalah karyawan dites usap secara berkala dan menyediakan tempat cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir.

Phaknya juga akan membuat surat keterangan yang dapat ditempelkan di dinding rumah makan, sebagai partisipasi menekan COVID-19 sehingga pembeli tak lagi khawatir

Zona Merah

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Padang, sejak 1-21 Oktober 2020 total kasus positif baru mencapai lebih dari 3.400 kasus.

"Setiap hari tak kurang dari 100 orang warga Padang yang positif dan kasus tertinggi pernah dalam satu hari mencapai 347 pada 16 Oktober 2020," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Ferimulyani Hamid.

Kondisi ini cukup mengkhawatirkan karena tak hanya penambahan kasus positif, pasien yang meninggal juga terus bertambah.

"Sebelumnya yang meninggal di Padang akibat COVID-19 bisa dihitung mingguan, namun memasuki Oktober 2020 setiap hari selalu ada yang meninggal dan jumlahnya bisa lebih dari satu orang," ujarnya.

Kabar baiknya, kasus positif di Padang juga diikuti kesembuhan yang cukup baik karena sejak awal bulan sampai 21 Oktober, mendekati angka dua ribu orang dengan persentase angka kesembuhan 56 persen.

Penambahan kasus di Padang yang rata-rata 150 orang per hari, berasal dari kluster perkantoran dan pemerintahan, dan tidak menutup kemungkinan rumah makan dan restoran.

Menyikapi tingginya angka penambahan kasus baru di "Ranah Minang" itu, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengeluarkan instruksi untuk mewajibkan tes usap kepada semua pengelola rumah makan dan restoran.

Kebijakan ini diambil karena berbagai cara dan upaya yang dilakukan sebelumnya, belum berhasil menekan laju pertambahan kasus baru.

"Sebelumnya pelayan dan pengelola hotel sudah diwajibkan tes usap sejak Juli 2020, termasuk sopir angkot dan taksi," kata dia.

Pihaknya sudah memberlakukan Perda Adaptasi Kebiasaan Baru yang memberikan sanksi bagi warga yang melanggar protokol kesehatan.

Namun pemberlakuan wajib tes usap bagi pelayan rumah makan salah satu upaya memutus mata rantai penularan virus karena Padang masuk zona merah COVID-19.

Penutupan rumah makan sebagai hal yang tidak mungkin karena roda ekonomi harus terus berjalan, sedangkan solusinya pengelola dipastikan negatif COVID-19.

Baca juga: Depok sosialisasikan protokol kesehatan di restoran saat normal baru

Ia memastikan pelaksanaan tes usap ini gratis karena dibiayai pemprov sehingga pengelola rumah makan tak perlu khawatir soal biaya.

"Restoran tetap buka tapi pelayan sehat, yang datang sehat, orang bisa makan, pengelola dapat untung," kata dia.

Dengan langkah itu, roda ekonomi tetap bergerak dan penambahan kasus baru dapat ditekan sehingga terdapat keseimbangan antara ekonomi dan kesehatan.

Ia memastikan kebijakan ini tak akan merugikan rumah makan karena untuk memastikan semua aman dari virus, termasuk kepastian pelayanan yang bebas COVID-19.

Apalagi, dalam kondisi saat ini warga tentu akan memilih makan di tempat yang menerapkan protokol kesehatan.

Irwan juga berpesan pelayan dan pegawai rumah makan tak perlu takut mengikuti tes usap karena itu untuk kebaikan semua.

"Saya ini sudah 25 kali tes usap, tidak sakit, tak perlu takut dan khawatir," katanya.

Gubernur Irwan Prayitno juga berpesan kepada pemilik rumah makan, jika ada pegawai yang positif berdasarkan hasil tes usap jangan dipecat karena mereka butuh pekerjaan.

"Cukup suruh isolasi karena dalam dua minggu sudah sehat, suruh makan enak dan setelah sembuh kembali bekerja," ujarnya.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Padang Arfian menyambut baik instruksi soal tes usap bagi pengelola rumah makan, kafe, dan restoran, sedangkan mekanisme akan dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan.

Ia optimistis bahwa seluruh pelaku usaha rumah makan ingin tetap eksis di tengah pandemi.

Seorang pengelola rumah makan di Padang, Vera, mengaku tidak khawatir terhadap kebijakan pemprov melakukan tes usap gratis untuk kalangan pelaku usaha tersebut.

"Kalau ada program tes usap gratis kenapa tidak dimanfaatkan, bukankah ini sebentuk kontribusi bagi pencegahan COVID-19," ujarnya.

Kekhawatiran tak ada lagi orang yang mau singgah di rumah makan tertentu, kalau tempat itu diketahui ada yang positif virus, sebagai hal yang harus diluruskan.

Justru dengan adanya temuan positif virus, segera bisa ditindaklanjuti dengan upaya mencegah dan memutus mata rantai penularannya melalui pengetatan penerapan protokol kesehatan, seperti penyemprotan disinfektan.

Tes usap bagi pelayanan rumah makan akan menyelamatkan konsumen dan keluarga, serta menjadikan tempat usaha itu aman dari penularan virus. Roda ekonomi pun tetap berputar.

Baca juga: Restoran diperbolehkan "dine in", pelayan diharuskan bersarung tangan
Baca juga: Tiga restoran di Kota Yogyakarta terverifikasi protokol kesehatan
Baca juga: Dokter: Pemilik restoran gunakan media digital cegah COVID-19



 

Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020