nilai ekspor Indonesia secara kumulatif selama Januari–Maret 2020 mencapai 1,24 miliar dolar AS atau meningkat 9,82 persen dibanding periode yang sama tahun 2019.
Jakarta (ANTARA) - Dalam membicarakan komoditas kelautan dan perikanan, masih ada orang yang terbatas membahasnya mengenai berbagai jenis ikan.

Padahal, salah satu andalan ekspor Indonesia dari sektor kelautan dan perikanan adalah udang, dengan beragam macamnya.

Terkait udang, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)  sedang mempersiapkan diri untuk menjadi pusat budi daya komoditas udang jerbung (Penaeus merguensis) dan udang putih (Penaeus indicus) dunia.

Beberapa upaya pengembangan dan strategi inovasi dalam hal itu telah dilakukan antara lain oleh Balai Besar Perikanan Budi Daya Air Payau (BBPBAP) Jepara yang berhasil melakukan domestikasi jenis udang putih lokal asli Indonesia jenis merguensis dan indicus.

KKP juga akan menjalankan strategi untuk membangun kawasan-kawasan tambak udang sesuai dengan karakteristik spesies udang, seperti misalnya udang windu yang cocok untuk dikembangkan di kawasan tradisional organik dan semi intensif atau udang vaname yang cocok dengan karakteristik kawasan tradisional plus hingga intensif.

Dirjen Perikanan Budi Daya KKP Slamet Soebjakto meyakini dengan hasil kajian pertumbuhan maksimal dari para ahli dan strategi penataan kawasan yang baik, Indonesia dapat menjadi pusat merguensis dan indicus di dunia, karena Indonesia merupakan penginisiasi budi daya udang jerbung dan udang putih.

Baca juga: Babel ingin genjot ekspor udang, dibangun "cold storage"

Apalagi, lanjutnya, dengan status udang jerbung dan udang putih sebagai spesies asli, dinilai harus dapat dimanfaatkan untuk menggenjot performa keseragaman agar terbentuk sejak awal.

Slamet juga meyakini bahwa pihaknya memiliki sumber daya genetik dari alam Indonesia serta SDM yang mumpuni untuk dapat meningkatkan performa tersebut menjadi semakin baik.

Ia menyatakan bakal bekerja sama dengan dinas perikanan daerah untuk mengembangkan kawasan khusus budidaya udang jerbung dan udang putih. Sebelumnya telah dilakukan uji coba multilokasi untuk pengembangan kawasan merguensis seperti di daerah Gresik, Pemalang, Brebes, dan Demak.

Nilai ekspor

Berbagai upaya tersebut juga sebagai bagian dari upaya mewujudkan tercapainya target peningkatan nilai ekspor udang nasional hingga 250 persen hingga tahun 2024.

Berdasarkan data BPS, nilai ekspor Indonesia secara kumulatif selama Januari–Maret 2020 mencapai 1,24 miliar dolar AS atau meningkat 9,82 persen dibanding periode yang sama tahun 2019. Demikian pula volume ekspor Januari–Maret 2020 mencapai 295,13 ribu ton atau meningkat 10,96 persen dibanding periode yang sama tahun 2019.

Dari sisi komoditas, udang mendominasi ekspor ke negara-negara utama sasaran ekspor dengan nilai mencapai 466,24 juta dolar (37,56 persen).

Angka tersebut masih jauh di atas komoditas tuna-tongkol-cakalang (TTC) dengan nilai 176,63 juta (14,23 persen), kemudian cumi-sotong-gurita dengan nilai 131,94 juta dolar (10,63 persen).

Tidak heran bila Slamet Soebjakto juga menyatakan komoditas udang sampai sekarang masih menjadi primadona permintaan global untuk sektor kelautan dan perikanan.

Baca juga: KKP antisipasi cegah penyebaran penyakit pada komoditas udang

Ia juga berpendapat bahwa petambak udang di tengah pandemi COVID-19 ini masih tetap bersemangat dan produktif melakukan proses produksinya, seperti dalam bisnis budidaya udang di Pantura Jawa.

Pandemi ini  dinilai bisa menjadi potensi  untuk memenuhi permintaan global, karena saat ini sejumlah negara pesaing penghasil udang vaname terbesar dunia seperti India tengah mengalami lockdown.

Perizinan

Dalam hal perizinan untuk komoditas udang juga dipermudah. Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengatakan bahwa pengurusan surat pemberitahuan kegiatan usaha budi daya udang pada saat ini sudah dipangkas menjadi hanya satu pintu di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Hal itu, ujar Menteri Edhy, karena Pemerintah telah bertekad terus melakukan penyederhanaan regulasi untuk meningkatkan produktivitas dan pengembangan budidaya udang nasional.

Edhy mengaku telah mengikuti rapat bersama lintas kementerian dan lembaga di Kantor Staf Kepresidenan untuk membahas penyederhanaan regulasi usaha budidaya udang.

Kendati demikian, Menteri Edhy menambahkan pelaku usaha tetap harus melanjutkan proses perizinan yang berkaitan dengan lingkungan dan lainnya secara paralel.

Menurut dia, penyederhanaan perizinan ini bisa menjadi penyemangat bagi pelaku usaha budidaya, khususnya udang, bahwa regulasi ini tidak sulit dan tidak perlu memberatkan bagi siapapun yang akan melakukan usaha.

Pengurusan surat pemberitahuan pelaksanaan kegiatan usaha di BKPM juga tidak memakan waktu lama. "Cukup dua jam diajukan ditunggu melalui online (daring) atau datang langsung bisa cukup satu hari selesai," katanya.

Menteri Edhy mengajak semua pihak untuk ikut terlibat dalam usaha budidaya udang ini, sebab pemerintah telah menyiapkan akses permodalan baik melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) maupun pembiayaan melalui Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP).

Ramah lingkungan

Dalam hal pembudidayaan, Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP Slamet Soebjakto menyatakan pembudidayaan tambak udang di berbagai daerah di Indonesia perlu memperkuat pangsa pasar global antara lain dengan menerapkan budi daya yang ramah lingkungan.

Hal tersebut karena produk udang Indonesia, selain dikirim ke Amerika Serikat, juga dikirim antara lain ke Jepang, negara-negara di kawasan Uni Eropa, serta Republik Rakyat China, yang memiliki berbagai persyaratan ketat dalam hal perdagangan global.

Baca juga: Ekspor udang Jawa Timur meningkat di masa pandemi

Slamet juga mengemukakan pentingnya penggunaan probiotik atau bakteri nonpatogen dalam pembudidayaan ikan, yang dinilai dapat meminimalkan kegagalan usaha budidaya.

Bakteri probiotik bersifat non-patogen, memiliki kemampuan menghambat perkembangbiakan organisme patogen, dan berfungsi sebagai bakteri pengurai dan penetralisir kualitas air, serta memungkinkan sebagai makanan di dalam perairan.

Berdasarkan data KKP, saat ini setidaknya ada sebanyak 80 merek probiotik untuk ikan ataupun udang yang terdaftar dan beredar di Indonesia.

Menurut Slamet, dengan penggunaan probiotik maka permasalahan penyakit pada sistem budidaya dapat tertanggulangi.

Asosiasi Perusahaan Sarana Akuakultur Indonesia juga sepakat dengan KKP yang mendorong pembudidaya menggunakan probiotik karena dapat meningkatkan daya tahan komoditas udang.

Ketua Asosiasi Perusahaan Sarana Akuakultur Indonesia (Aspakindo), Junaedi Ispinanto menyatakan bahwa probiotik telah terbukti memperbaiki kualitas air, meningkatkan daya tahan udang dan memperbaiki rasio konversi pakan

Ia menuturkan, penggunaan probiotik khususnya budi daya udang sudah dilakukan sejak awal periode dekade 1990-an. Serta, hampir semua pelaku usaha skala intensif telah mengenal, mengaplikasikan dan memasukkan unsur probiotik ke dalam prosedur operasional standar budidaya udang.

Dengan sinergi yang baik antara pemerintah dan pelaku usaha serta pemangku kepentingan lainnya, maka niscaya produktivitas dan daya saing komoditas udang yang dihasilkan oleh pembudi daya di dalam negeri bisa berkompetisi di dalam pasar global.

Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020