Jumlah masjid dan mushalla di Indonesia sekitar 800.000
Jakarta (ANTARA) -
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengajak seluruh pemuda dan remaja masjid untuk ikut terlibat menyiarkan nilai-nilai kebangsaan.
 
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo di Jakarta, Senin, memaparkan berdasarkan catatan Badan Intelijen Negara (BIN), remaja berusia 17-24 tahun merupakan kelompok usia yang menjadi target utama penyebaran paham radikalisme.
 
Hal itu karena selain energik dan penuh semangat, pada rentang usia tersebut, mereka masih dalam proses pencarian jati diri, sehingga masih nisbi mudah dipengaruhi.
 
"Survei CSIS mencatat ada sekitar 10 persen generasi milenial yang setuju mengganti Pancasila dengan ideologi yang lain," kata Bamsoet.

Baca juga: LIPI: Generasi muda unggul kunci kemajuan Indonesia

Baca juga: Legislator katakan para pemuda dapat berjuang melalui literasi
 
Survei lain yang dilakukan pada akhir Mei 2020 oleh Komunitas Pancasila Muda, tercatat 19,5 persen responden menganggap Pancasila hanya sekadar nama yang tidak dipahami maknanya.
 
"Memperlihatkan betapa generasi muda bangsa mulai bersikap antipati terhadap narasi wawasan kebangsaan," ucap Bamsoet dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI Bersama Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid (BKPRMI).
 
Turut hadir antara lain Ketua Umum BKPRMI, H. Saild Aldi Al Idrus dan Sekretaris Jenderal BKPRMI, Drs. H. Ahmad Rizqon, M.Pd.I.
 
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, atas dasar itulah MPR RI aktif menyelenggarakan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI (Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika) ke berbagai kalangan masyarakat, termasuk kepada remaja masjid.
 
Tujuannya untuk menebalkan nilai kebangsaan sehingga generasi bangsa tak tak terpapar radikalisme, ekstrimisme, maupun manipulator agama.
 
"Jumlah masjid dan mushalla di Indonesia sekitar 800.000," katanya.
 
Hal itu, menggambarkan besarnya potensi yang bisa dimanfaatkan untuk memasyarakatkan nilai-nilai kebangsaan melalui berbagai aktivitas kepemudaan yang diselenggarakan di lingkungan masjid.
 
"Fungsi masjid sebagai basis pembinaan akhlak dan moral umat, dapat disinergikan sebagai basis pembinaan wawasan kebangsaan, khususnya bagi generasi muda," kata Bamsoet.
 
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menerangkan saat ini bangsa Indonesia sedang menapakkan kaki menuju puncak bonus demografi. Penduduk usia produktif (mayoritas generasi muda) akan menjadi bagian terbesar dari komposisi penduduk Indonesia.
 
Di sinilah menurut dia peran penting dan krusial hadirnya organisasi kepemudaan dalam membentuk generasi muda agar mendapatkan bekal wawasan kebangsaan yang memadai.
 
"Menguatkan nilai-nilai kebangsaan di kalangan remaja merupakan sebuah proses yang harus dilaksanakan secara bertahap, tidak serta merta atau instan. Karena itu diperlukan ketepatan metode dan kesinambungan proses, agar dapat mengakar kuat dalam setiap diri generasi muda," katanya.
 
Dewan Pakar KAHMI ini menekankan membekali generasi muda dengan nilai-nilai ke-Indonesiaan mesti dilaksanakan dengan kesungguhan agar mengakar kuat dalam benak setiap anak bangsa, dan tidak mudah tergoyahkan oleh arus perubahan zaman.

Baca juga: MPR ajak generasi muda persiapkan diri hadapai tantangan

Baca juga: Apa kata anggota DPR soal generasi muda jadi petani
 
Dalam kaitan ini, generasi muda bukan sekadar objek, tetapi menjadi bagian tidak terpisahkan dari proses pembangunan wawasan kebangsaan.
 
"Dengan segala potensi diri yang penuh energi, dinamis, optimistis, serta literasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai, generasi muda mesti berperan sebagai generator dan dinamisator dalam pembangunan jatidiri dan karakter bangsa," ujar Bamsoet.
 
Calon Ketum IMI 2021-2024 ini meyakini kemampuan menggerakkan roda pembangunan, dan ketahanan dalam mengatasi berbagai tantangan dan hambatan, hanya akan berhasil apabila ditopang dengan ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Yakni kompeten, kapabel, berkarakter kuat dan mempunyai mentalitas luhur.
 
"Dalam konteks peran generasi muda dan remaja, maka untuk membangun SDM yang berkualitas tersebut, perlu dikedepankan konsep generasi muda sebagai agen perubahan berkarakter kuat. Selain, menjadi pribadi utuh yang memiliki ketajaman daya fikir, kedalaman spiritualitas, dan keluhuran mentalitas," ujar Bamsoet.

Baca juga: Sejarawan tidak setuju generasi muda disebut kurang pahami sejarah

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020