Diharapkan IKM OVOP dapat mengolah potensi lokal suatu daerah menjadi produk yang dapat diterima pasar secara global
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) siap memfasilitasi pelaku industri kecil dan menengah (IKM) yang mengikuti program one village one product (OVOP) agar bisa bersaing di pasar global, salah satunya perbaikan desain kemasan.

"Selain itu, kami akan bekali mereka tentang materi promosi dan publikasi sebagai bentuk re-branding dari produk OVOP tersebut," kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih pada pembukaan Sosialisasi Program Pembinaan IKM melalui Pendekatan OVOP di Mataram, NTB, Jumat.

Baca juga: Kemenperin: OVOP hasilkan produk IKM berkearifan lokal berkelas global

Dalam keterangan tertulisnya, Gati mengatakan pihaknya bakal memberikan pelatihan ekspor kepada pelaku IKM yang mengikuti program OVOP.

"Bahkan, mereka juga difasilitasi partisipasi pada pameran berskala nasional maupun internasional serta business matching dengan buyer potensial," tuturnya.

Program pembinaan IKM di sentra melalui pendekatan OVOP, lanjut dia, berangkat dari tiga prinsip dasar, yaitu produksi lokal namun bersifat global, kemandirian dan kreativitas, serta pembangunan sumber daya manusia.

Dengan itu, diharapkan IKM OVOP dapat mengolah potensi lokal suatu daerah menjadi produk yang dapat diterima pasar secara global.

"Jadi, pada akhirnya mendorong masyarakat menjadi mandiri dan termotivasi untuk terus meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi perubahan sehingga dapat mentransformasikan tantangan menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan," kata Gati.

Anyaman merupakan salah satu komoditas yang menjadi sasaran pembinaan melalui pendekatan OVOP, karena kontribusinya signifikan bagi perekonomian nasional dengan ekspor mencapai 96,2 miliar dolar AS sepanjang 2015-2019, dengan negara tujuan utama ke Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Inggris, dan Spanyol.

Gati menyampaikan salah satu narasumber pada acara sosialisasi IKM OVOP di Mataram, yaitu Mawar Art Shop yang memproduksi aneka produk anyaman dari tanaman ketak.

"Mereka membuktikan bahwa produk yang memiliki kearifan lokal tinggi mampu bersaing di pasar global," ungkapnya.

Japan External Trade Organization (JETRO) telah melirik Mawar Art Shop untuk dijadikan salah satu IKM binaan pada kerangka kerja sama dengan Ditjen IKMA Kemenperin.

"Tahun 2010, Ditjen IKMA bekerja sama dengan JETRO melakukan pembinaan IKM di tiga provinsi yang menjadi sasaran, yaitu Jawa Barat, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Di NTB fokus pembinaan pada komoditas tenun dan anyaman ketak, di mana Mawar Art menjadi salah satu IKM yang dibina," katanya.

Selama menjadi binaan Ditjen IKMA dan JETRO, Mawar Art Shop telah berpartisipasi pada pameran Tokyo Gift Show pada 2011 dan 2012.

Setelahnya, Mawar Art Shop semakin percaya diri dan terus berpartisipasi pada pameran internasional lainnya seperti Seoul Gift Show di Korea, Hong Kong Fashion Week di Hong Kong, sampai dengan Madrid Intergift di Madrid, Spanyol.

"Hingga akhirnya mereka berhasil mendapatkan buyer tetap dan berhasil melakukan ekspor secara langsung ke Jepang, Korea, dan Amerika Serikat secara tidak langsung," kata Gati.

Baca juga: Gelar Penghargaan OVOP 2021, Kemenperin identifikasi IKM daerah
Baca juga: Kemenperin pacu IKM "go global" melalui konsep OVOP

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020