Bahkan kita kalah dengan Vietnam dan kita hanya di peringkat ke-21 terbesar dunia untuk ekspor produk furnitur
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo mengingatkan Kementerian Perdagangan maupun para pelaku usaha agar tidak cepat puas terhadap kinerja ekspor Indonesia pada periode 2020.

"Saya senang membaca laporan bahwa ekspor Indonesia periode Januari-Oktober 2020 memang surplus 17,07 miliar dolar AS, dari kopi, dari garmen, 'home decor', furnitur, perikanan dan makanan minuman tapi kita tidak boleh cepat puas terhadap capaian saat ini," kata Presiden Joko Widodo Istana Kepresidenan Bogor, Jumat.

Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut dalam acara "Pelepasan Ekspor ke Pasar Global tahun 2020 secara Virtual" yang dilakukan secara pararel di 14 lokasi seperti Lamongan, Jakarta dan kota-kota lainnya.

"Karena potensi pasar ekspor yang belum tergarap masih banyak dan masih sangat besar," ungkap Presiden.

Menurut Presiden, Indonesia masih sangat tertinggal dari negara-negara lain dalam menangkap peluang ekspor.

"Saya ambil contoh dalam ekspor kopi, tahun 2019, Indonesia merupakan produsen kopi terbesar keempat dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Namun Indonesia tercatat sebagai eksportir kopi yang ke-8 di dunia, kalah dengan Brazil, Swis, Jerman, Kolombia bahkan Vietnam," ungkap Presiden.

Artinya, menurut Presiden Jokowi, potret kinerja ekspor kopi Indonesia masih tertinggal dibanding Vietnam yang pada 2019 ekspor kopinya mencapai 2,22 miliar dolar AS sedangkan kinerja ekpor kopi Indonesia pada 2019 hanya di angka 883,12 juta dolar AS.

"Begitu pula dengan komoditi ekspor yang lain, kita juga masih tertinggal. Kita menjadi produsen garmen terbesar ke-8 dunia tapi kenyataanya kita jadi eksportir garmen ke-22 di dunia," tambah Presiden.

Indonesia juga tercatat sebagai produsen terbesar kayu ringan di dunia termasuk jenis kayu sengon dan jabon tapi menjadi eksportir "home decor" ke-19 dunia.

"Bahkan kita kalah dengan Vietnam dan kita hanya di peringkat ke-21 terbesar dunia untuk ekspor produk furnitur," ungkap Presiden.

Indonesia, menurut Presiden, juga dikenal sebagai produsen perikanan terbesar ke-2 dunia namun potret ekspornya juga masih di peringkat ke-13 dunia.

"Ini fakta-fakta yang harus saya sampaikan. Saya melihat ketertinggalan tidak harus membuat kita pesimis, tidak ada jalan bagi kita selain melakukan langkah-langkah perbaikan, langkah-langkah pembenahan, diperlukan reformasi besar-besaran untuk menghadirkan ekosistem berusaha bagi eksportir kita," tegas Presiden.

Presiden Jokowi menyebut satu per satu persoalan yang menghambat kinerja ekspor dicermati dan dicarikan solusinya.

"Regulasi yang rumit, prosedur birokrasi yang menghambat, sudah saya sampaikan berkali-kali agar segera dipangkas," kata Presiden.

Sedangkan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan acara pelepasan produk ekspor tersebut diikuti oleh total 133 perusahaan, terdiri dari 79 perusahaan kategori non-UKM dan 54 perusahaan kategori UKM.

Total nilai ekspor Indonesia pada Desember 2020 adalah senilai 1,64 miliar dolar AS atau setara dengan Rp23,75 triliun.

Dari 79 perusahaan non-UKM tersebut ada satu perusahaan yang berhasil pertama kali melakukan ekspor perdana yaitu PT Universal Strategic Alliance dari Mojokerto Jawa Timur yaitu mengekspor produk cerutu senilai 86.400 dolar AS atau setara Rp1,28 miliar ke pasar Jepang. Selain itu terdapat 7 perusahaan yang berhasil melakukan diversifikasi produk ekspor baru.

Baca juga: Presiden Jokowi : Potensi pasar ekspor RI belum banyak tergarap
Baca juga: Presiden Jokowi: Daya saing ekspor nasional harus terus ditingkatkan

 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020