Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mengadakan kegiatan famtrip (familiarization trip) untuk mempromosikan destinasi yang telah menerapkan protokol kesehatan CHSE di Bali.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio, Jumat, mengatakan prioritas kesehatan menjadi hal yang paling utama saat ini, sehingga penerapan protokol kesehatan berbasis “Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability” (CHSE) menjadi sangat penting untuk sektor pariwisata khususnya bagi pelaku usaha hotel dan restoran untuk memulihkan kepercayaan wisatawan.

“Sampai saat ini, sebanyak 666 pelaku usaha di Bali sudah selesai disertifikasi secara gratis. Terdiri dari 313 hotel dan 353 restoran, dari 1.000 target pendaftar,” ujar Wishnutama.

Oleh karena itu, pihaknya menggelar famtrip bertajuk "Perjalanan Wisata Pengenalan Bekerja sama Dengan PT AirAsia Indonesia” mengunjungi beberapa destinasi di Bali pada November 2020.

Kegiatan famtrip bertujuan untuk mempromosikan dan mempublikasikan destinasi pariwisata dengan penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE di destinasi-destinasi wisata yang ada di Indonesia.

Dalam kegiatan tersebut Kemenparekraf bersama AirAsia mengundang beberapa pembuat opini yang terdiri dari insan media nasional dan Key Opinion Leader (KOL) untuk menjelajah destinasi wisata di Bali yang telah menerapkan protokol CHSE.

Beberapa destinasi yang dikunjungi meliputi Karang Asem, Desa Tenganan Pengringsingan yang merupakan desa tertua di Bali, kemudian menjelajah Ubud, dan melakukan aktivitas seperti melukis di atas gerabah di Serayu Pottery, relaksasi spa di Seminyak, snorkeling dan Instagram moment di Nusa Penida, serta mengunjungi tempat pembuatan cokelat di Sanur.

Hal yang cukup menarik perhatian adalah tantangan yang diberikan kepada peserta dari media yang semuanya adalah laki-laki, untuk mencoba membuat masakan khas Bali dipandu Chef Wayan Sandiyasa dari Alila Manggis Hotel Karang Asem.

Sementara itu, para KOL dengan antusias mendalami proses pembuatan artisan dessert di Room for Dessert Ubud, yang bahan bakunya didapat dari taman organik di restoran tersebut.

Pada kegiatan ini seluruh peserta dan industri pariwisata yang terlibat, yaitu hotel, restoran, tempat wisata, transportasi, tour guide dipastikan menjalankan dan telah memenuhi syarat protokol kesehatan berbasis CHSE, seperti selalu mengenakan masker, mencuci tangan dan pengukuran suhu badan sebelum memasuki suatu tempat, serta menjaga jarak.

Menparekraf Wishnutama mengatakan penerapan sertifikasi CHSE di destinasi wisata yang dikunjungi tersebut bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa produk dan pelayanan yang diberikan sudah memenuhi protokol kesehatan.

“Hal ini penting dilakukan untuk memulihkan kepercayaan wisatawan dan menciptakan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan saat berkunjung ke destinasi wisata yang sudah melakukan sertifikasi protokol kesehatan,” kata Wishnutama.

Koordinator Pemasaran Pariwisata Regional I Area III Kemenparekraf, Bulqis Chairina menambahkan, kebijakan tersebut sebenarnya bukan semata diterapkan di Bali, tapi seluruh destinasi wisata di Indonesia.

“Kami mengembangkan program sosialisasi dan sertifikasi CHSE karena memang jadi satu kegiatan Kemenparekraf. Kita tetap harus mematuhi protokol kesehatan dan harus menyadari bahwa COVID-19 masih belum bisa hilang,” katanya.

Ketatnya pengujian sertifikasi CHSE dijelaskan dengan informasi bahwa pada November 2020 dari 5.000 peserta yang ikut berpartisipasi di kegiatan sosialisasi CHSE hanya 1000 peserta yang dinyatakan lolos.

Oleh karena itu, pihak Kemenparekraf meminta sinergi lebih antar kementerian/ lembaga terkait untuk membantu pemerintah dalam proses sosialisasi protokol kesehatan di area wisata jelang libur akhir tahun ini.

Selain itu dukungan pelaku usaha industri terkait pariwisata untukmenyukseskan upaya preventif yang dilakukan.

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020