Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia mencatat perkembangan harga hingga minggu kedua Desember 2020, sesuai dengan hasil survei pemantauan harga, masih mengalami inflasi sebesar 0,30 persen.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam pernyataan di Jakarta, Jumat, menyatakan berdasarkan perkembangan tersebut maka perkiraan inflasi pada 2020 mencapai 1,54 persen.

Penyumbang utama inflasi dalam periode ini yaitu cabai merah sebesar 0,07 persen, telur ayam ras 0,04 persen, cabai rawit dan tomat masing-masing 0,03 persen, serta minyak goreng, jeruk, daging ayam ras, wortel, bayam, dan tarif angkutan udara masing-masing 0,01 persen.

Baca juga: IHSG ditutup melambung 112,33 poin, ditopang naiknya data inflasi

Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan, berasal dari komoditas emas perhiasan sebesar 0,06 persen dan bawang merah sebesar 0,01 persen.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga sejumlah pangan telah memicu terjadinya inflasi pada November 2020 sebesar 0,28 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan salah satu penyebab terjadinya kenaikan harga itu adalah pasokan yang terganggu karena musim hujan.

Baca juga: BPS catat kenaikan harga pangan picu inflasi November 2020

"Inflasi pada November ini harus diwaspadai, karena mulai musim hujan dan pengaruh libur panjang beberapa waktu lalu. Cuaca ini juga bisa menghambat distribusi barang ke konsumen," katanya.

Ia mengatakan kenaikan harga pangan tersebut membuat kelompok makanan, minuman dan tembakau menyumbang inflasi tinggi pada periode ini yaitu sebesar 0,86 persen.

"Kenaikan harga itu terlihat dari bahan makanan yang menyumbang andil inflasi yaitu daging ayam ras, telur ayam ras, cabai merah, dan bawang merah," kata Setianto.

Dengan inflasi November ini, maka inflasi tahun kalender Januari-November 2020 tercatat sebesar 1,23 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) sebesar 1,59 persen.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020