Jakarta (ANTARA) - Adanya pandemi COVID-19 telah mengubah sebagian besar kebiasaan hidup masyarakat dalam beraktivitas, begitu pula dengan kebiasaan orang saat berkendara yang mengalami adaptasi baru yang disebabkan oleh kondisi pandemi saat ini.

Meski disarankan untuk di rumah saja, namun tidak menutup kemungkinan banyak orang yang masih harus melakukan aktivitasnya di luar rumah dengan berkendara seperti untuk bekerja dan berbelanja kebutuhan pokok.

Training Director The Real Driving Center Marcell Kurniawan berbagi tips agar pengemudi aman berkendara dengan adaptasi kebiasaan baru, dikutip dari siaran resmi Garda Oto, Rabu.

Baca juga: Polisi sampaikan tips berkendara aman saat hujan di Jakarta

Baca juga: Tips berkendara aman saat liburan akhir tahun


Selalu gunakan sabuk pengaman secara benar
Berdasarkan fakta yang ditemukan pada pengendara saat pandemi lebih sedikit orang yang menggunakan sabuk pengaman atau safety belt, Marcell Kurniawan berpesan agar para pengendara selalu memastikan sabuk pengaman selalu terpasang dengan baik sebelum pergi berkendara.

“Pastikan terdengar bunyi “ceklik” saat kepala safety belt dipasangkan. Selain itu pastikan juga safety belt terpasang dengan rapih, rapat dan rendah untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Karena pemasangan safety belt yang benar akan meningkatkan keselamatan berkendara kita sebesar 42 persen.” ucapnya.

Bahaya jalan yang lengang, perhatikan jarak berhenti
Menurut National Highway Traffic Safety Administration, NHTSA. Di Amerika pada bulan April tahun ini, jumlah kendaraan di jalan turun 63 persen dibanding tahun lalu, hal itu mengakibatkan jalanan lebih sepi dan banyak orang mengendarai kendaraannya dengan lebih kencang.

Insurance Business America menyebutkan, setidaknya ada 30 persen peningkatan di mana orang-orang mengemudi lebih dari 100km/jam dalam satu perjalanan.

Fokus pada kecepatan kendaraan pun menjadi hal yang perlu diperhatikan juga. Selain berpengaruh pada jarak berhenti, semakin kencang atau tinggi kecepatan kendaraan pengendara maka memerlukan jarak yang semakin jauh agar kendaraan tersebut dapat berhenti.

Jarak berhenti akan bertambah saat kondisi mengemudi berubah. Dia mengatakan, jarak reaksi dan jarak pengereman saat berada pada jalanan yang kering dan jalanan yang basah akan berbeda.

“Selain itu kecepatan juga akan menambah jarak berhenti, misalnya pengendara dengan kecepatan 50km/jam masih bisa berhenti tepat waktu ketika akan menabrak sesuatu yang ada pada jarak 35 meter di depannya, dibandingkan dengan pengendara dengan kecepatan 70km/jam dengan jarak yang sama," jelas dia.

Kebiasaan baru kegiatan otomotif
Dia mengingatkan untuk selalu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak aman, juga menjaga kesterilan eksterior dan interior kendaraan dengan mencuci kendaraan secara rutin.

Baca juga: Tips berkendara aman saat musim hujan

Baca juga: Pandemi COVID-19, rajinlah cuci "riding gears"

Baca juga: Begini cara agar aman mengendarai mobil di tengah virus corona
Pewarta:
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020