Jakarta (ANTARA/JACX) - Sejak masuk tahun 2021, sejumlah hoaks terkait vaksin COVID-19 terus beredar di media sosial ataupun percakapan instan warganet Indonesia, seperti penerima vaksin dikabar meninggal atau kelapa hijau untuk menetralkan kandungan vaksin.

Kementerian Komunikasi dan Informatika, dalam laporan yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu, menemukan lebih dari 30 hoaks vaksin COVID-19 yang beredar.

Hoaks vaksin COVID-19 sudah mulai merebak di dunia maya sejak Oktober 2020. Selama tiga bulan terakhir 2020 hingga 20 Januari 2021 sudah terjaring 80 berita bohong terkait vaksin COVID-19.

Direktorat Pengendalian Aplikasi Informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo RI mencatat berita bohong terkait dampak negatif vaksin mendominasi hoaks terkait vaksin.

Pada Senin (18/1/2021) misalnya, beredar berita hoaks Danramil Kebonmas di Gresik, Jawa Timur, meninggal akibat disuntik vaksin COVID-19.

Berita bohong yang merebak via aplikasi WhatsApp itu dibubuhi peringatan akan bahaya vaksin dengan narasi: "hati2 bahaya vaksin ini nyata."

Padahal dari klarifikasi WaAsops Kasad TNI AD, Brigadir Jenderal Supriyono menyebut Danramil Kebomas Gresik Mayor Kav Gatot Supriyono belum pernah divaksin. Danramil Gatot Supriyono meninggal dengan indikasi serangan jantung.

Sementara, Kasdim Gresik Mayor Inf Sugeng Riyadi yang dicatut dalam pesan hoaks dalam keadaan sehat setelah mendapatkan vaksin COVID-19.

Cek fakta: Hoaks, Kasdim Gresik meninggal setelah divaksin COVID-19

Terdapat pula berita bohong kelapa hijau sebagai penawar vaksin. Kabar hoaks itu tersebar di media sosial Facebook.

Kabar itu lantas dibantah oleh Humas Polda Kalteng melalui Instagram resminya. Menurut Humas Polda Kalteng, klaim air kelapa hijau dapat menetralkan atau menjadi penawar vaksin tidak dapat dibuktikan. Tidak ada penelitian yang membuktikan air kelapa dapat menetralkan atau mengganggu fungsi vaksin.

Di samping berita bohong, ada pula disinformasi mengenai vaksinasi COVID-19 menyebabkan seseorang pingsan di Nusa Tenggara Timur.

Pada Senin (18/1), muncul video di Facebook dengan narasi seorang warga pingsan usai mendapatkan vaksin COVID-19 di NTT.

Faktanya, video yang beredar tersebut merupakan simulasi vaksinasi COVID-19 di halaman Kantor Gubernur NTT, di Kupang. Kementerian Kesehatan juga menyatakan belum mendapatkan laporan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) usai vaksin COVID-19 di NTT.

Cek fakta: Hoaks, pria pingsan setelah divaksin COVID-19

Hoaks lain terkait vaksin yaitu saat Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama di Indonesia yang menerima vaksin COVID-19 produksi Sinovac.

Salah satu kabar bohong itu menyatakan Presiden Jokowi tidak diberikan vaksin COVID-19, tapi suntik vitamin.

Ada pula hoaks yang mengatakan vaksin untuk Presiden Jokowi berbeda dengan vaksin yang akan diberikan kepada masyarakat. Padahal, vaksin yang diberikan kepada Presiden Jokowi dan untuk masyarakat pada tahap pertama vaksinasi sama saja produksi Sinovac.

Cek fakta: Hoaks, Moeldoko sebut vaksin untuk Jokowi berbeda

Hoaks-hoaks lain mengatakan vaksin COVID-19  mengandung bahan berbahaya dan tidak halal. Faktanya, Majelis Ulama Indonesia menyatakan bahwa vaksin COVID-19 adalah halal dan suci. Sedangkan BPOM telah mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin Sinovac.

Cek fakta: Vaksin Sinovac mengandung boraks dan "hanya untuk kelinci percobaan"? Cek faktanya!

Sebelumnya, Juru Bicara Kemkominfo Dedy Permadi mengimbau masyarakat untuk menanyakan dan memperoleh informasi resmi terkait vaksin COVID-19 dari sumber yang ditunjuk pemerintah. 

Saat ini, ada lima juru bicara untuk menjawab segala hal berkaitan vaksin COVID-19.

Kelima juru bicara tersebut adalah Prof. Wiku Bawono Adisasmito yang merupakan juru bicara dari satuan tugas penanganan COVID-19. Wiku menyampaikan aspek ilmiah terkait vaksin COVID-19, dan korelasinya dengan pengendalian COVID-19.

Ada pula dokter Reisa Broto Asmoro, yang merupakan duta adaptasi kebiasaan baru satuan tugas penanganan COVID-19. Reisa akan menyampaikan informasi terkait perilaku hidup sehat yang berbasis pencegahan, termasuk imunisasi atau vaksinasi.

Ketiga adalah Siti Nadia Tarmizi, juru bicara Kementerian Kesehatan, yang akan menyampaikan informasi terkait kebijakan, program vaksinasi, serta hubungan dan perizinan vaksin.

Keempat, juru bicara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Lucia Rizka Andolusia. Lucia yang akan memberikan tanggapan untuk isu terkait perizinan, keamanan, khasiat, serta mutu vaksin.

Kelima adalah juru bicara PT Bio Farma Bambang Heriyanto. Dia akan menerangkan sisi logistik dan pendistribusian vaksin di seluruh Indonesia.

Dedy Permadi juga mengimbau agar segala aspek pemberitaan di media massa mengenai vaksin COVID-19 juga merujuk pada pernyataan dari kelima juru bicara yang telah ditunjuk itu.

Pewarta: Tim JACX
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2021