Jakarta (ANTARA) - Perusahaan yang bergerak di sektor perunggasan PT Widodo Makmur Unggas (WMU) menetapkan harga saham perdana melalui skema Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO) di angka Rp180 per lembar saham.

Sebagaimana diketahui, perseroan menawarkan harga IPO antara Rp142 sampai Rp200 per lembar saham di pasar primer.

"Saham IPO kami masih cukup diminati di tengah kondisi pasar yang masih challenging. Ditambah lagi IPO ini dilakukan pada awal tahun dan investor masih mengamati pergerakan pasar dan kondisi perekonomian di tengah pandemi COVID-19," kata Direktur Utama WMU Ali Mas'adi dalam keterangan di Jakarta, Selasa.

Ali mengatakan, dalam IPO tersebut, perseroan mengalokasikan penjatahan saham untuk "fixed allotment" sebanyak 99 persen dan "pooling allotment" satu persen. Dalam gelaran IPO itu, proporsi investor yang menyerap yakni investor institusi 69,5 persen dan ritel 30,5 persen.

Seiring dengan pasar yang didominasi oleh pemain ritel, saat ini diperlukan alokasi ritel yang mencukupi dan juga untuk menjaga likuiditas di pasar sekunder.

WMU juga berupaya menjaga minat investor di pasar sekunder menjadi lebih baik, dengan menurunkan total saham yang dilepas ke publik atau "free float" dari 35 persen menjadi 15 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.

"Kami ingin menjaga performa saham di pasar sekunder tetap berjalan baik dan stabilitas permintaan terjaga," ujar Ali.

Adapun masa penawaran awal atau bookbuilding telah dilakukan pada 7-13 Januari 2021. Pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah diperoleh pada 22 Januari 2021. Selanjutnya penawaran umum dilakukan 25 - 27 Januari 2021.

Untuk penjatahan saham pada 29 Januari 2021 dan distribusi saham 1 Februari 2021. Pencatatan perdana saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) direncanakan pada 2 Februari 2021.

Corporate Finance CIMB Sekuritas Giovan Sitepu memaparkan, sejauh ini minat investor terhadap saham WMU cukup baik dan respons pasar terbilang masih cukup dinamis di tengah kondisi pandemi COVID-19. Apalagi WMU berada pada sektor bisnis perunggasan yang hingga saat ini masih terus mencatatkan penguatan permintaan akan daging ayam beserta turunannya.

"Responsnya masih cukup positif karena minatnya cukup besar. Kembali lagi kita compare ke kondisi sekarang yang memang masih cukup challenging tapi IPO ini cukup bagus," ujar Giovan.

Tahun ini, perseroan mengalokasikan dana investasi sebesar Rp1,5 triliun dari sebelumnya Rp1,9 triliun. Alokasi penggunaan dana investasi untuk menambah kapasitas produksi ayam broiler sebanyak 6 juta broiler melalui dua tahap. Pada tahap pertama sebanyak 4 juta broiler padai tahun ini dan 2 juta broiler pada 2022. Sumber pendanaannya berasal dari kas internal dan sumber lainnya.

Aksi korporasi WMU, menurutnya, tidak berhenti pada IPO saja, perseroan berencana menerbitkan obligasi di akhir tahun ini untuk mendukung ekspansi WMU.

"Kita ingin laba terjaga dan model bisnis berbasis rumah potong ayam (RPA) akan tetap sesuai perencanaan," ujarnya.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021