membantu upaya pemerintah memberantas keberadaan rentenir di daerah dan penetrasi ini bisa dilakukan secara hemat
Jakarta (ANTARA) - PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani/PNM menilai pembentukan holding BUMN pemberdayaan usaha ultra mikro (UMi) serta mikro, kecil, dan menengah atau UMKM membawa dampak banyak manfaat bagi masyarakat serta perusahaan yang terlibat.

"Melalui integrasi UMi dan UMKM, jangkauan kerja Pegadaian dipastikan meluas. Hal ini disebutnya akan membantu upaya pemerintah memberantas keberadaan rentenir di daerah dan penetrasi ini bisa dilakukan secara hemat, karena Pegadaian hanya perlu menempatkan satu orang pekerjanya di kantor-kantor BRI di pelosok," kata Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) Kuswiyoto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Dia menyebutkan saat ini mayoritas kantor atau unit kerja Pegadaian hanya terdapat di kota-kota besar dan kecamatan yang sudah lama berkembang. Kondisi ini membuat Pegadaian kesulitan menjangkau nasabah di daerah pelosok.

Dengan pembentukan holding BUMN maka jangkauan perseroan kepada masyarakat di bawah akan jauh lebih bagus, yang sebelumnya pengusaha UMi dan UMKM pinjam ke rentenir, Pegadaian upayakan bisa beralih ke perusahaan.

"Jadi sudah ada 75 outlet BRI sekarang piloting, kami tempatkan tenaga kami di sana. Bisnisnya kami nanti tetap, kultur tetap, yang disinergikan hanya bisnisnya," katanya.

Kuswiyoto mengatakan intinya Pegadaian sangat mendukung dengan adanya holding ini, dan beberapa karyawan diakui masih belum terlalu paham saja, masih ada yang protes.

"Memang kami kurang sosialisasi jadi mungkin sosialisasi harus terus menerus kami lakukan,” paparnya.

Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (Persero) Arief Mulyadi menyebut integrasi BUMN untuk UMi dan UMKM dapat meningkatkan nilai tambah bagi nasabah ketiga perusahaan yang akan terlibat.

Dia menyebutkan ada banyak nilai tambah dan potensi yang terbuka dengan masuknya PNM dalam ekosistem pengembangan UMi dan UMKM bersama Pegadaian dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Arief memastikan integrasi usaha ini tidak akan berdampak pada PHK dan penutupan kantor PNM di daerah. Dia juga menyebut integrasi ini bisa menurunkan biaya pembiayaan yang disalurkan PNM kepada tiap pelaku usaha UMi.

“Sebetulnya bukan biaya bunga yang tinggi di kami, tapi biaya servis. Kami setiap minggu bertemu nasabah, mereka kami manjakan tak perlu ke cabang untuk bayar angsuran, tidak kena biaya transaksi, sehingga bunga kami muncul angka sekitar 25 persen per tahun," katanya.

Untuk itu, sejalan peningkatan plafon nasabah, perusahaan sudah bisa menurunkan 6 persen jadi 19 persen (bunga) untuk debitur di atas Rp5 juta. Harapannya setelah bersama dalam ekosistem UMi ini harus ada penurunan signifikan.

Selain menurunkan biaya produk bagi pelaku usaha kecil, pembentukan holding juga disebutnya akan membantu PNM mengembangkan sistem digital untuk melayani nasabah. Menurut Arief, dari 7,8 juta nasabah PNM per Desember 2020, hanya ada 1 juta orang yang memiliki telepon genggam dan dari jumlah itu, hanya 65 persen nasabah yang memiliki smartphone.

Sekarang di lapangan ada hampir 42 ribu (pegawai PNM) yang langsung berhadapan dengan nasabah dan menggunakan gadget sehingga arahnya PNM tak perlu bangun sendiri infrastruktur IT dan bisa menggunakan apa yang sudah dimiliki BRI.

"Per hari ini sebagian besar, 95 persen pinjaman masih kami bayarkan tunai. Nasabah yang transfer via bank adalah yang sudah naik kelas memiliki pinjaman di atas Rp5 juta," katanya.

Baca juga: Menkeu: Pemerintah bentuk "holding" dukung ekosistem ultramikro
Baca juga: Pegadaian ajak masyarakat menabung emas sekaligus berdonasi
Baca juga: Erick Thohir ungkap alasan konsolidasikan BRI, PNM, dan Pegadaian

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021