Seluruh pegiat UMKM dibantu dengan memanfaatkan pendamping yang ditempatkan di setiap kecamatan di Taput.
Tarutung (ANTARA) - Pengembangan dan pemasaran sejumlah produk unggulan hasil kreativitas pegiat usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di wilayah Tapanuli Utara, Sumatera Utara, masih membutuhkan perhatian untuk dikembangkan lebih lanjut.

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Tapanuli Utara, Marco Panggabean di Tarutung, Rabu, mengatakan selain produk ulos hasil tenunan pegiat UMKM di Tapanuli Utara yang telah mendunia, masih banyak produk unggulan lainnya yang pengembangan hingga pemasarannya sangat membutuhkan perhatian Kemenparekraf.

"Perhatian itu tentunya demi mendorong sektor ekonomi kreatif sebagai upaya mendukung rencana pemerintah dalam mewujudkan Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional," ungkap Marco,

Beraneka ragam produk makanan ringan berbahan kacang tanah seperti kacang Sihobuk dan kacang "boom" pedas dari Muara, keripik (di antaranya keripik nenas sipahutar, keripik pisang dengan banyak varian, keripik ubi rambat, serta keripik ubi kayu)

Juga kue ketawa, dodol (bahan dasar nenas sipahutar, tepung tradisional Sipoholon, dodol durian Pahae), Sasagun, serta kopi olahan seperti "kopi partungkoan", "tarhilala kopi", "sibadak kopi", juga kriya berupa gondang, miniatur, dan lainnya.
Baca juga: Kemenparekraf gelar kampanye "Beli Kreatif Danau Toba Fair"

Harapnya, upaya pembinaan atas komunitas atau kelompok pegiat UMKM di wilayah itu memberikan hasil maksimal untuk 15 kelompok yang telah dibuatkan badan usaha, serta 50 kelompok pada 2021.

"Tahun ini 50 kelompok juga dibuatkan badan usaha  dengan berbagai kemudahan yang akan diperoleh oleh pegiat UMKM berupa NIB (Nomor Induk Berusaha), serta IUMK (Ijin Usaha Mikro Kecil)," terangnya.

Seluruh pegiat UMKM dibantu dengan memanfaatkan pendamping yang ditempatkan di setiap kecamatan di Taput.

"Semua kelompok akan dibenahi NIB secara gratis, juga pengurusan sertifikasi halal yang diinginkan, semisal untuk bidang usaha keripik merek Lestari," imbuhnya.

Meski demikian, pihaknya mengaku masih terkendala dalam mewujudkan kemasan bagus dan menarik atas rasa jenis penganan ringan yang sudah dinilai mantap.

"Keinginan dan harapan kita, segala sesuatu terkait hal ini sebisanya dipermudah, baik itu dalam pengurusan ijin maupun pemasaran produk, seperti pemanfaatan PIRT (Produk Industri Rumah Tangga) yang diterbitkan Dinkes setempat untuk mempermudah sisi komersial produk ke indomaret, swalayan, dan lainnya," ujarnya.

Pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata, Ekonomi Kreatif juga diharapkan dapat membantu para pegiat UMKM untuk mendapatkan KUR klaster atau kredit tanpa agunan.

"Itulah harapan dan keinginan kita. Sejauh ini, pemerintah pusat melalui pihak terkait masih memberikan persyaratan atas produk yang mau ditampilkan yang cukup menyulitkan pegiat UMKM, seperti soal omset minimal Rp.50 juta per bulan yang sulit untuk dipenuhi oleh pegiat UMKM," ucapnya.

"Bagaimana para pegiat mendapatkan fasilitas kemudahan untuk 'market place' sangatlah dinantikan. Persyaratan yang ada janganlah terlalu menyulitkan," tukasnya.
#GernasBBI
#BeliKreatifDanauToba

Baca juga: Menparekraf dan BI bahas pembayaran digital bagi pelaku pariwisata
Baca juga: Pelaku UKM bertahan dengan memanfaatkan momen dan dunia digital

Pewarta: Juraidi dan Rinto
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021