Jakarta (ANTARA) - Juara tunggal putri French Open 2020 Iga Swiatek mengaku kondisi pandemi COVID-19 yang melanda dunia cukup membantunya tidak dimabuk kesuksesan meraih gelar turnamen Grand Slam perdananya itu.

Hidup remaja Polandia berusia 19 tahun itu berbalik 180 derajat ketika Oktober lalu menjadi juara French Open termuda setelah Monica Seles --yang juara dalam usia 16 tahun pada 1992-- serta mengikuti jejak Justine Henin pada 2007 yang juara tanpa kehilangan satu set pun sepanjang turnamen.

Kendati demikian, Swiatek mengaku tak banyak merasakan perubahan yang dilihat oleh orang-orang di sekitarnya itu.

Baca juga: Swiatek jadi petenis Polandia pertama menangi Grand Slam
Baca juga: Swiatek tetap anggap dirinya "underdog" setelah menjuarai French Open


"Saya tidak melihatnya, sebab saat itu ada begitu banyak pembatasan dan tidak mungkin mengadakan pertemuan dalam jumlah besar," kata Swiatek selepas melangkah ke semifinal turnamen kelas 250 Adelaide International, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis.

"Tapi, saya bisa merasakan banyak dukungan, dari media, dari televisi, dan mungkin orang-orang untuk pertama kalinya betul-betul melihat ke arah saya dan popularitas itu terasa.

"Jadi sebetulnya pandemi ini membantu, bagi saya untuk mempelajari bagaimana mengendalikan diri dalam situasi ini selangkah demi selangkah. Mungkin ketika pandemi usai itu semua berubah, tetapi saat ini saya memiliki pengalaman ini," ujarnya menambahkan.

Baca juga: Profil singkat Iga Swiatek, juara tunggal putri French Open 2020
Baca juga: Swiatek berambisi juarai seluruh Grand Slam dan Olimpiade


Petenis peringkat ke-18 dunia itu sebelumnya mengakui sempat terbebani dengan harapan tinggi di pundaknya dalam Australian Open 2021, menyusul kesuksesan French Open.

Bahkan aturan karantina wajib 14 hari bagi para peserta Australian Open yang ia jalani setiba di Negeri Kanguru diakuinya cukup membantu kondisinya.

"Sejujurnya, saya merasa masa karantina di Australia kemarin merupakan pertama kalinya saya bisa bersantai dan tidak mengkhawatirkan kebisingan pasca French Open," kata Swiatek yang melaju ke semifinal Adelaide International karena lawannya, Danielle Collins, gagal menuntaskan laga karena cedera.

"Saya pikir saya membutuhkan waktu itu dan tentu saja saya sangat senang bisa memenangi turnamen apapun di akhir musim nanti," pungkasnya.

Baca juga: Swiatek kembali fokus untuk harapan yang lebih besar di 2021
Baca juga: Swiatek siap jadi sorotan lagi setelah 'nikmati' karantina
Baca juga: Halep balas kekalahan dari Swiatek di Melbourne

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2021