ISI harus mampu menggeliatkan lagi seni-seni warisan leluhur Bali hingga ke pelosok-pelosok, terutama yang hampir punah dan bahkan yang sudah mati
Denpasar (ANTARA) - Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum mengajak lulusannya bersiap dengan tantangan berkarya di tengah berbagai pembatasan dalam kondisi pandemi COVID-19, namun jangan sampai menurunkan kualitas karya seni.

"Selain melahirkan varian baru, yaitu seni virtual, pembatasan sosial di masa COVID-19 juga mengajari seniman agar melakukan adaptasi kreatif," katanya saat menyampaikan sambutan pada Wisuda Sarjana Seni ISI Denpasar XXV di kampus setempat di Denpasar, Selasa.

Wisuda kali ini diikuti 104 orang sarjana seni D4, S1, S2, dan S3 itu dilakukan perpaduan daring dan luring. Hanya perwakilan lulusan terbaik dari masing-masing jenjang pendidikan diizinkan mengikuti wisuda secara langsung.

"Namun, hal tersebut tidak mengurangi makna acara kita, karena sarjana seni yang kita lepas hari ini adalah orang-orang cerdas yang bertalenta seni, memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sensibilitas rasa," ucapnya.

Guru besar seni karawitan itu berharap lulusannya tetap eksis di tengah kondisi darurat pandemi karena bekal sesungguhnya sudah cukup, yaitu daya kreatif dan sikap profesional. Jumlah alumnus ISI Denpasar sejak 2003 hingga 2021 tercatat 4.024 orang

"Saya mengucapkan selamat kepada para wisudawan/wisudawati, semoga gelar baru yang anda dapatkan membawa berkah bagi keluarga dan menjadi investasi baik secara intelektual, sosial, dan finansial," ujarnya.

Baca juga: Wagub: ISI Denpasar kuatkan desain interior berbasis budaya Bali

Sesuai dengan visi "Menjadi pusat unggulan seni budaya, berbasis kearifan lokal berwawasan universal", katanya, ISI Denpasar terus meningkatkan kinerja untuk melahirkan sarjana seni yang berkualitas dan berdaya saing, mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang berubah dengan cepat.

Mengacu pada prinsip tersebut, lanjut dia, lulusan ISI Denpasar telah dipersiapkan dengan bekal keilmuan yang komprehensif agar menjadi insan-insan yang mandiri dengan empat keunggulan utama, yaitu intelektual, estetis, moral, dan spiritual.

Dengan empat keunggulan utama ini lulusan ISI Denpasar akan mampu bersaing dalam segala hal dan di segala zaman. Hasil "tracer study" menunjukkan para sarjana seni lulusan ISI Denpasar tidak hanya sukses merebut pasar kerja, melainkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan.

Untuk memperkuat nuansa akademis, wisuda dirangkaikan dengan orasi ilmiah oleh Dr I Komang Arba Wirawan SSn, MSi dengan judul "Analisis Pertarungan Wacana Video Pendek COVID-19 di Masa Pandemi".

Wisuda kali ini dimanfaatkan Prof Arya sebagai momentum pamitan.

"Ini adalah wisuda terakhir bagi saya dalam kapasitas sebagai rektor. Pak Rektor yang baru, Prof Kun Adnyana, tidak lama lagi akan dilantik oleh Pak Mendikbud. Saya berharap kita semua mendukung program beliau demi memajukan ISI Denpasar yang sangat kita cintai," ujarnya.

Baca juga: Prof Wayan Adnyana terpilih sebagai Rektor ISI Denpasar 2021-2025

Ketua Dewan Penyantun ISI Denpasar sekaligus Gubernur Bali Wayan Koster mengaku telah memiliki kedekatan emosial dengan ISI Denpasar sejak dirinya kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1984.

Saat itu, dia dipercaya menjabat Ketua UKM Seni ITB sehingga sering berkunjung ke ISI Denpasar (ketika itu ASTI) untuk mendalami seni.

Meskipun Koster mengaku tidak memilih menjadi seorang praktisi, komitmen memperjuangkan seni budaya lewat jalur politik. Terbukti, saat ia duduk di Komisi X DPR RI banyak hal yang ia perbuat untuk dunia pendidikan, seni dan budaya. Yang paling fenomenal adalah keluarnya UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang mana Koster punya andil cukup besar.

Setelah tiga periode duduk di DPR, Koster mencalonkan diri menjadi Gubernur Bali pada 2018 dan akhirnya terpilih. Setelah menjadi orang nomor satu di Provinsi Bali, berbagai kebijakan pro-seni budaya digencarkan.

 "Saya sangat mencintai seni," katanya.

Koster berharap, ISI Denpasar menjadi tulang punggung pelestarian seni budaya Bali di tengah gempuran modernisasi.

"ISI harus mampu menggeliatkan lagi seni-seni warisan leluhur Bali hingga ke pelosok-pelosok, terutama yang hampir punah dan bahkan yang sudah mati," katanya.

Pada kesempatan itu, juga disampaikan lulusan terbaik dari Program Sarjana Terapan: Corydalis Cava (IPK 3,33) Andini Auliana (IPK 3,24). Lulusan terbaik Program Sarjana yakni I Gede Budi Astawa (IPK 4.00), Sang Ayu Diah Sri Anjani, AA Made Anom Wira K, Ni Kadek Ayu Mariastuti, Ni Gusti Ayu A Ratna, masing-masing meraih IPK 3,99. Di posisi ketiga yakni Ni Ketut Fenty dan Ni Made Dwi Tarazani dengan IPK 39,6. Untuk Program Doktor, Alit Kumala Dewi meraih sempurna IPK 4.00.

Baca juga: Wagub: Sendratari Lembayung Kuruksetra pintu pemulihan pariwisata Bali
Baca juga: ISI Denpasar kenang jasa penulis buku "The Island of Bali"

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021