Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 70 persen sampah organik di Tanah Air bisa diolah menjadi produk bernilai tambah seperti pupuk organik melalui proses biokonversi, kata Direktur Utama PT Bio Konversi Indonesia Isra Darma.

"70 persen limbah organik bisa diselesaikan dengan biokonversi," kata Isra yang memiliki bisnis pengolahan sampah menjadi pupuk hayati cair melalui biokonversi, dalam seminar virtual (webinar) "Inovasi Ekonomi Sirkular dan Produk Inovasi Biokonversi di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Kurangi sampah dengan buat kompos sendiri di rumah

Baca juga: KLHK dorong pengelolaan sampah sumber pertumbuhan ekonomi sirkular


Isra menuturkan di Jakarta saja, ada kurang lebih 7.500 ton sampah per hari yang mana 50 persennya merupakan sampah organik.

Sebenarnya dari total 7.500 ton per hari itu, 2.250 ton sampahnya dapat diproses biokonversi menjadi pupuk organik.

Selain itu, sampah organik di sektor pertanian juga dapat diproses biokonversi menjadi pupuk hayati. Dengan demikian, biokonversi dapat dimasifkan untuk menjadi bagian dari solusi mengatasi sampah organik di Tanah Air dengan cara mengolahnya menjadi produk lain yang bermanfaat.

Sampah memang menjadi salah satu masalah yang dihadapi Indonesia, dimana Indonesia merupakan penghasil limbah makanan terbesar kedua di dunia, yakni 300 kilogram per kapita per tahun.

Setelah membuat dan mengkomersialisasikan pupuk hayati cair, Isra menuturkan pihaknya masuk dalam pengembangan pakan ikan dan ternak serta pestisida nabati melalui biokonversi sampah.

Baca juga: Komunitas anak muda Banjarmasin buat sampah organik jadi pakan ikan

PT Bio Konversi yang berdiri di lahan seluas 11.000 meter persegi dapat memproduksi 1.500.000 liter pupuk hayati cair per bulan, yang mengisi sebagian kebutuhan pupuk di Tanah Air.

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021