Jakarta (ANTARA) - Orang-orang di masa pandemi COVID-19 fokus menjaga kesehatan fisik dan mentalnya namun tak terlalu memprioritaskan kesehatan gigi dan mulut, ungkap hasil survei global melibatkan 8 negara termasuk Indonesia.

Head of Sustainable Living Beauty & Personal Care and Home Care Unilever Indonesia Foundation, Drg. Ratu Mirah Afifah mengatakan, studi yang dilakukan Pepsodent melibatkan sekitar 6.700 orang responden berusia di atas 18 tahun itu.

Studi memperlihatkan, khusus untuk Indonesia, sebanyak 70 persen masyarakat memang memberi perhatian ekstra pada kesehatan fisik dan mental, sementara perawatan gigi dan mulut belum menjadi prioritas.

Lebih lanjut, sekitar 64 persen responden dua kali lebih mungkin mencuci tangan dibandingkan menyikat gigi (31 persen) dan 52 persen dari mereka menggunakan pembersih tangan lebih sering daripada obat kumur (20 persen).

Khusus untuk perilaku menyikat gigi, sebanyak 30 persen orang dewasa pernah melewati sehari penuh tanpa menyikat gigi. Ketika ditanya alasannya, sekitar 46 persen mengaku malas melakukannya.

Temuan lainnya, sekitar 13 persen responden tidak menyikat gigi dua sekali hari dan bahkan 25 persen berangkat bekerja tanpa menyikat gigi terlebih dulu.

"Ini memang menunjukkan sebelum pandemi pun orang kurang memperhatikan (kesehatan dan kebersihan gigi serta mulut). Saat pandemi keadaan lebih berat lagi," kata Mirah dalam sebuah konferensi pers virtual yang digelar, Jumat.

Baca juga: Gigi berlubang jangan dibiarkan di tengah pandemi

Baca juga: "World Oral Health Day" jadi momentum ingatkan masyarakat soal PHBS


Kebiasaan buruk ini pun memunculkan masalah. Hasil survei memperihatkan, 73 persen orang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut. Lima masalah terbesar yang sering diderita antara lain: mulut kering (36 persen), bau mulut (34 persen), gusi dan gigi berdarah saat menyikat gigi yag menjaditanda awal peradangan gusi (34 persen), nyeri gigi dan gusi (31 persen) dan gigi berlubang (25 persen).

Menangapi temuan survei, Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Dr. drg. R. M. Sri Hananto Seno mengatakan, selama pandemi yang mengharuskan orang-orang bekerja dari rumah, menyebabkan motivasi sikat gigi menurun dan memunculkan banyak masalah mulai dari plak, karang gigi, abses, gingivitis, periodontitis hingga stomatitis.

Menurut dia, sebagian orang menyikat gigi saat akan keluar rumah sementara saat di dalam rumah cenderung menyepelekan salah satu kebiasaan hidup bersih dan sehat itu.

"Harus menjaga oral hygiene, sikat gigi dua kali sehari. Kalau rongga mulut sehat, gigi tidak berlubang, gusi sehat ke dalamnya juga sehat. Dengan menyikat gigi teratur, berkumur bisa mengurangi dan menghilangkan kuman atau mikroorganisme di rongga mulut," tutur Seno.

Di sisi lain, permasalahan gigi yang muncul juga karena penyebab lainnya yakni abainya orang pada kondisi bulu sikat yang sudah rusak dan kurang peduli pada kondisi gigi termasuk mengenai pentingnya penanganan sakit gigi.

Dia mengajak, orang tua mengingatkan anak-anak mereka melakukan tindakan pencegahan kerusakan gigi dan mulut dengan menyikat gigi minimal 2 kali sehari yakni pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur.
 
Ilustrasi dokter gigi (Pixabay)


Takut ke dokter gigi

Permasalahan kondisi gigi dan mulut yang orang-orang alami sedikit banyak ternyata dipengaruhi takutnya mereka berkonsultasi ke dokter gigi karena takut tertular COVID-19. Terlebih, di awal masa pandemi cukup banyak pelayanan gigi dan mulut yang tutup atau buka sebatas untuk melayani kasus-kasus darurat.

Data yang sama menunjukkan, sebanyak 59 persen responden survei tidak mau ke dokter gigi walaupun mengalami masalah gigi. Kemudian, hanya 32 persen yang mengaku pernah mengunjungi dokter gigi selama pandemi dan sebanyak 39 persen bahkan tidak ke dokter gigi dalam setahun terakhir. Sekitar 67 persen responden menghindari memeriksakan diri ke dokter gigi selama pandemi.

Dalam kesempatan terpisah, dokter spesialis gigi lulusan Universitas Padjadjaran yang kini berpraktik di kota Bogor, Shaliha Hasim berpendapat, masih ada orang yang takut berkonsultasi ke klinik gigi karena perasaan takut terkena COVID-19. Mereka bahkan menghindari dokter gigi saat harus mengunjungi rumah sakit.

Padahal, tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut sudah menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Orang yang akan berkonsultasi diharusan mengisi form COVID-19 terlebih dahulu, kemudian diperiksa suhu tubuhnya.

Saat mendapatkan penanganan kesehatan pun, dia harus seorang diri. Dokter yang menangani sudah mengenakan alat pelindung diri (APD) level tiga meliputi: penutup kepala atau headcape, pelindung mata atau wajah, masker N95 atau ekuivalen, surgical scrub dan apron, sarung tangan double steril sekali pakai dan sepatu boot atau sepatu tertutup dengan penutup sekali pakai.

Bagi dokter, mengenakan APD ini tak mudah. Shaliha yang memakai APD level tiga ini sejak April 2020 mengaku sulit bernapas, pandangan berembun, ditambah keringat bercucuran. Belum lagi tidak bisa makan dan minum selama mengenakan APD, tidak bisa keluar ruangan dan harus menjaga wudhu untuk memudahkan solat.

Dari sisi ruangan, pihak penyedia layanan biasanya sudah memastikan ruangan praktek memiliki ventilasi yang baik, kemudian mereka membatasi jumlah pasien dan waktu kunjungan. Kasus gigi dan mulut yang ditangani pun kini sudah seperti sedia kala, tidak ada batasan.

"Biasanya bisa sampai jam 16.00 sekarang paling dua jam saja. Pasien sekitar 5, kurang lebih. Waktu awal-awal mengenakan APD, kami pasti lebih cepat capek, sekarang sudah lumayan adaptasi meski sebenarnya sama saja pengap," tutur Shaliha yang sudah mulai praktek sejak April 2020 itu.

Menurut dia, dalam beberapa waktu terakhir, kunjungan pasien ke klinik mulai stabil seperti sebelum pandemi. Di antara alasannya, layanan puskesmas ditutup sementara sebagian orang merasa takut datang ke rumah sakit.

Shaliha mengajak masyarakat saat ini tak perlu takut ke dokter gigi karena protokol kesehatan sudah pasti diterapkan di tempat dokter berpraktik.

Di sisi lain, yang tak kalah penting yakni upaya mencegah terjadinya gangguan pada gigi dan mulut dengan menjaga kebersihan dan kesehatan mulut melalui perilaku menyikat gigi rutin minimal dua kali sehari.


Baca juga: BPPT targetkan mulai uji klinis implan gigi di 2021

Baca juga: Orang tua agar perhatikan kandungan gula pada makanan anak

Baca juga: Kebiasaan gosok gigi masyarakat menurun selama pandemi

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021