Jakarta (ANTARA) - PT Waskita Karya (Perseroan) optimistis segmen konstruksi akan untung pada 2021, sehingga bisa mengembalikan kinerja positif perseroan yang sempat terpuruk sepanjang tahun lalu.
 
President Director Waskita Destiawan Soewardjono dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, mengatakan produktivitas perseroan tahun 2020 hanya mencapai 24,6 persen. Capaian tersebut jauh lebih rendah bila dibandingkan tahun 2019 di mana rasio burn rate dapat mencapai 35 persen.
 
“Penurunan produktifitas secara langsung berdampak terhadap seluruh kinerja keuangan perusahaan,” kata Destiawan.
 
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian 31 Desember 2020, Waskita mencatatkan kerugian bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp7,3 triliun akibat peningkatan beban pinjaman dari investasi jalan tol, penurunan produktifitas proyek, serta beban operasi yang cukup besar akibat pandemi COVID-19.


Baca juga: Lakukan transformasi bisnis, Waskita optimistis kinerja 2021 membaik
 
Sepanjang 2020, emiten berkode saham WSKT tercatat menanggung beban pinjaman mencapai Rp4,74 triliun atau meningkat 31 persen dibandingkan tahun 2019 karena disebabkan penambahan jumlah ruas tol yang telah beroperasi.
 
Selain itu, pelaksaan divestasi yang telah direncanakan juga tertunda akibat pandemi COVID-19. Dari target lima ruas yang akan dilepas, perseroan hanya bisa merealisasikan satu ruas saja.
 
Di sisi lain, Waskita membukukan pendapatan usaha sebesar Rp16,2 triliun pada tahun 2020, atau terkoreksi 48 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp31,4 triliun.
 
"Faktor utama penyebab koreksi adalah menurunnya produktifitas operasional proyek selama pandemi COVID-19," kata Destiawan.
 
Selain itu, Waskita juga mencatatkan beban operasi sebesar Rp19,87 triliun atau 123 persen dari capaian pendapatan usaha pada 2020. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan beban bahan baku dan beban overhead akibat pandemi, serta adanya beberapa klasifikasi ulang dalam pos laba rugi.


Baca juga: Waskita Toll Road divestasikan 30 persen saham Tol Medan-Tebing Tinggi
 
Selama pandemi COVID-19, Waskita pun harus mengeluarkan biaya tambahan untuk implementasi protokol kesehatan di lingkungan kerja perusahaan.
 
Meski secara konsolidasi mencatatkan rugi bersih, namun segmen bisnis jasa konstruksi perseroan masih untung di tengah pandemi.
 
Segmen bisnis jasa konstruksi tercatat menyumbang 90 persen dari total pendapatan Waskita pada tahun 2020.
 
Segmen tersebut mencatatkan pendapatan sebesar Rp14,5 triliun dengan keuntungan bruto sebesar Rp1,17 triliun atau rata-rata margin laba bruto sebesar 8 persen.
 
"Bisnis konstruksi akan menjadi katalis turnaround kinerja Waskita. Keyakinan ini didasari oleh beberapa faktor, seperti perolehan nilai kontrak baru, lini bisnis Waskita yang terintegrasi, dan transformasi digital yang telah dinisiasi oleh Waskita," kata Destiawan.
 
“Selain faktor internal terdapat juga faktor eksternal, seperti program vaksinasi COVID-19 dan meningkatnya anggaran infrastruktur dalam APBN yang akan menjadi pemicu perbaikan kinerja sektor konstruksi,” tambahnya.
 
Pada tahun 2020, Waskita mencatatkan nilai kontrak baru sebesar Rp27 triliun. Pencapaian itu merupakan yang tertinggi dibandingkan emiten BUMN konstruksi lainnya.
 
Waskita juga mencatatkan kenaikan tingkat kemenangan tender menjadi 35 persen sepanjang 2020 atau naik satu persen dibandingkan tahun sebelumnya.
 
"Kepercayaan dari pemilik proyek, baik pemerintah, BUMN, dan swasta menunjukkan bahwa Waskita masih sangat kompetitif di industri konstruksi,” kata Destiawan.

Baca juga: Waskita lepas 20 persen saham Tol Semarang-Batang, raup Rp1,5 triliun

Baca juga: Waskita Karya gandeng Esri kembangkan infrastruktur berbasis GeoBIM

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021