Komisi VII DPR juga merekomendasikan relokasi hunian penduduk yang terlalu dekat dengan objek vital ini
Jakarta (ANTARA) - Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto menyatakan kilang PT Pertamina (Persero) di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, harus memiliki batas ideal dengan aktivitas atau rumah warga di sekitarnya.

"Kami sudah melakukan pengecekan dan menemukan fakta bahwa kawasan kilang minyak yang juga merupakan objek vital ini harus dalam batas-batas ideal terhadap interaksi masyarakat," katanya dalam rilis di Jakarta, Jumat.

Sugeng mencontohkan jalan umum di depan kilang terlalu dekat, sehingga Komisi VII DPR meminta jalan itu ditutup, kemudian membuat jalan alternatif untuk dilalui masyarakat.

Baca juga: Kilang Pertamina Balongan sudah kembali beroperasi

Bila tidak ada batas ideal, ujar dia, maka kalau terjadi sesuatu seperti insiden kebakaran kemarin, maka akan berakibat fatal bagi masyarakat sekitar.

"Apalagi kalau menyangkut bahan kimia berbahaya yang tidak tampak tetapi sesungguhnya berbahaya," ujarnya.

Kemudian, lanjutnya, Komisi VII DPR juga merekomendasikan relokasi hunian penduduk yang terlalu dekat dengan objek vital ini.

Ia menyarankan seluruh pemangku kepentingan termasuk warga sekitar duduk bersama dan bermusyawarah secara baik untuk direlokasi ke tempat yang lebih aman, nyaman dan secara ekonomis masyarakat tetap menjalankan kegiatannya seperti semula.

Sugeng juga merekomendasikan Pertamina memberikan implikasi langsung kepada masyarakat sekitar. Ia mendapatkan laporan dari Wakil Bupati Indramayu bahwa angka syuting di daerah Balongan ini cukup tinggi.

"Kita sudah diskusi dengan Pertamina untuk corporate social responsibility (CSR) agar bisa difokuskan berbagai hal untuk masyarakat sekitar. Mengatasi stunting ini menjadi tanggung jawab bersama, baik itu pemda termasuk Pertamina yang ada di sini. Selain itu, bisa juga di setiap objek vital itu didirikan sekolah vokasi," usulnya.

Sebelumnya, Pertamina menyatakan k
Klang Balongan yang terbakar 29 Maret lalu sekarang sudah beroperasi secara normal.

Pascainsiden di area BBM Tangki T-301 Kilang Balongan, selain memberi perhatian penuh pada upaya penanganan dampak di masyarakat, Pertamina juga fokus pada pemulihan operasi kilang setelah sebelumnya sempat dilakukan penghentian saat insiden untuk meminimalisir dampaknya.

"Dengan start up (dimulainya operasi) ini, Kilang Balongan akan memulai operasionalnya dan kembali memproduksi produk-produk kilang, diawali dengan produksi BBM," jelas Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Ifki Sukarya.

Berikutnya dilakukan start up secondary processing unit secara bertahap, mulai dari unit RCC (residual catalytic cracker) yang mengolah residu menjadi produk bernilai tinggi dan 7 April sudah beroperasi normal, serta unit KLBB (Kilang Langit Biru Balongan) yang menghasilkan produk BBM telah beroperasi normal.

Untuk alih pasokan saat ini mulai disesuaikan secara bertahap, seiring dengan mulai beroperasinya Kilang  Balongan.

Kilang Balongan merupakan kilang dengan kapasitas pengolahan sebesar 125 ribu barel per hari atau setara dengan 12 persen dari total kapasitas produksi nasional. Kilang ini memasok kebutuhan BBM untuk DKI Jakarta, Banten, dan sebagian Jawa Barat.

Kilang Balongan memiliki peran strategis dalam menjaga kestabilan pasokan BBM, terutama Premium, Pertamax, dan elpiji yang disalurkan ke DKI Jakarta, Banten, dan sebagian Jawa Barat.

Baca juga: Tekan impor BBM, DPR dukung optimalisasi kilang dalam negeri Pertamina
Baca juga: Pascakebakaran Balongan, Menteri ESDM: Optimalkan produksi kilang lain

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021