Palu (ANTARA) - Guru Besar Pemikiran Islam Modern IAIN Palu Prof Dr H Zainal Abidin MAg mengemukakan kehadiran Al Quran di muka bumi menjadi pengantar pembangunan peradaban manusia yang baik.

"Kehadiran Al Quran menjadi perubahan peradaban umat manusia," ucap Prof Zainal Abidin MAg, di Palu, Sabtu, berkaitan dengan momentum Nuzulul Quran.

Ia mengatakan Al Quran menjadi pengantar peradaban manusia karena, Al Quran menjadi sumber dari ilmu pengetahuan, hukum, sosial dan menjadi solusi berbagai persoalan kemanusiaan.

Oleh karenanya, ia menegaskan Al Quran perlu dipelajari dengan baik dan benar, menyangkut dengan apa yang terkandung di dalam Al Quran.

Baca juga: Plt Gubernur Sulsel apresiasi gerakan guru wakaf Al-Quran.

Baca juga: Rumah gadang berusia 100 tahun jadi tempat belajar hafiz di Agam


"Al Quran bukan hanya dibaca biasa, tapi perlu memahami dan menghayati maksudnya serta diamalkan," ungkap Prof Zainal.

Dengan dibaca, dipahami dan menghayati maksud serta diamalkan, menurut Prof Zainal, maka Al Quran benar-benar ditempatkan sebagai petunjuk bagi setiap yang melakukan hal itu.

Prof Zainal Abidin mengemukakan Nuzulul Quran atau malam dimana Al Quran diturunkan, salah satu tujuannya yakni sebagai pembeda yang baik dan buruk.

Pernyataan Prof Zainal Abidin ini mengutip Firman Allah dalam Surah Al Baqarah Ayat 185 berbunyi "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)".

Karena itu itu, Rektor Pertama IAIN Palu ini mengemukakan bahwa setiap peringatan Nuzulul Quran di bulan Ramadhan oleh umat Islam, berdampak pada perubahan perubahan dalam menjalani kehidupan.

Dia menyebut Al Quran tidak diturunkan tanpa maksud dan tujuan. Bahkan, kata dia, Al Quran tidak diturunkan dalam ruang kosong atau hampa. Melainkan ada suatu kondisi dan situasi tertentu sehingga Al Quran di turunkan.

Dia menyatakan, beberapa ayat dalam Al Quran yang menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi.

Dengan demikian, dibutuhkan pemahaman yang mendalam terkait memahami Al Quran. "Sehingga penafsiran dan pemahaman Alquran harus juga kontekstual dengan kondisi budaya dan masyarakat saat ini," ujarnya.

Dia menegaskan, pemahaman yang dinamis sangat dibutuhkan dalam memahami teks Al Quran. Memahaminya tidak boleh dengan pemahaman yang statis. Akan tetapi, pemahaman itu tidak harus meninggalkan konteks sejarah Al Quran diturunkan.*

Baca juga: Pemprov berikan tunjangan penghafal Al-Qur'an wujudkan "Jatim Berkah"

Baca juga: Pemkab Pamekasan rancang program hafal-tulis Al-Quran tanpa APBD

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021