Jakarta (ANTARA) - Hingga 65 hari sebelum Olimpiade Tokyo dimulai dan meningkatnya seruan agar pesta olahraga sedunia itu dibatalkan, tenaga medis di kota-kota besar Jepang yang telah mendapatkan vaksinasi COVID-19 masih kurang dari 30 persen.

Akan tetapi, dikutip dari Reuters, Rabu, tiga bulan setelah diserukannya vaksinasi COVID-19 di Jepang, kurang dari 40 persen dari seluruh pekerja medis di negara sakura itu belum sepenuhnya mendapatkan suntikan vaksin.

Masalah tersebut, terutama terlihat di kota tuan rumah Olimpiade Tokyo dan pusat populasi besar lainnya, di mana tingkat pekerja medis yang sudah divaksinasi penuh kurang dari 30 persen.

Baca juga: 10 pekan jelang Olimpiade Jepang tambah 3 prefektur berstatus darurat
Baca juga: Asosiasi dokter Tokyo dukung Olimpiade dibatalkan karena COVID-19


Sebagian besar pasokan vaksin terkonsentrasi di rumah sakit besar, dan ada masalah dalam sistem reservasi untuk staf medis, demikian dilaporkan.

Vaksinasi yang lambat untuk dokter dan perawat sudah menjadi salah satu keluhan yang disampaikan oleh kelompok medis yang menentang penyelenggaraan Olimpiade, dan pada saat yang sama juga Jepang terus berjuang untuk menahan lonjakan infeksi.

Pemerintah menargetkan pemberian vaksin terhadap sebagian besar dari 36 juta penduduknya yang berusia di atas 65 tahun pada akhir Juli.

Baca juga: Jepang akan buka pusat vaksinasi massal di Tokyo

Untuk mencapai target tersebut, pemerintah berharap dapat memberikan sekitar satu juta suntikan dalam satu hari, atau sekitar tiga kali lebih cepat dari proses vaksinasi yang berlangsung saat ini.

Sejauh ini, hanya 3,7 persen dari 126 juta penduduk Jepang yang mendapatkan setidaknya satu suntikan vaksin COVID-19, yang terendah di antara negara-negara kaya lainnya di dunia.

Permasalahan utama yang dihadapi pemerintah Jepang adalah minimnya pasokan vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer Inc (PFE.N) dan BioNTech SE (22UAy.DE) itu, satu-satunya vaksin yang sejauh ini disetujui oleh regulator.

Penyuntikan vaksin Pfizer telah meningkat secara dramatis pada bulan Mei, dan pemerintah diharapkan dapat segera menyetujui vaksin lainnya, yakni Moderna Inc (MRNA.O) pada pekan ini untuk digunakan di pusat vaksinasi masal.

Selain itu, vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca PLC (AZN.L) juga sedang dipertimbangkan oleh regulator domestik.

Baca juga: Sebastian Coe yakin Olimpiade bisa berjalan jika ada jaminan vaksin
Baca juga: IOC: Komite Olimpiade China tawarkan vaksin untuk Tokyo 2020
Baca juga: Menteri Olimpiade: vaksin China perlu persetujuan pemerintah Jepang


Pewarta: Rr. Cornea Khairany
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021