Kendari (ANTARA) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulawesi Tenggara berharap Keputusan Presiden Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Aspal Buton bisa diterbitkan bersamaan dengan pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) Kadin Indonesia di Kendari 30 Juni 2021.

"Pengembangan KEK Aspal Buton masih menunggu terbitnya Kepres. Munas Kadin yang akan digelar pada 30 Juni 2021 diharapkan menjadi momentum untuk peluncuran KEK," kata Ketua Kadin Sultra, Anton Timbang, di Kendari, Selasa.

Anton berharap para pengurus maupun anggota Kadin yang hadir saat Munas Kadin 2021 tertarik untuk berinvestasi mengembangkan aspal Buton karena mereka adalah seluruh pengusaha besar yang ada di Indonesia.

"Munas Kadin akan dihadiri sejumlah Menteri dan pengusaha nasional. Munas ini dihadiri pemerintah sebagai regulator, dan kontraktor dari dunia usaha," ujarnya.

Menurut Anton aspal alam hanya di dunia hanya ada di Buton, Indonesia dan negara Trinidad. Adapun aspal di negara lainnya adalah aspal minyak.

"Cadangan aspal di Trinidad diperkirakan akan habis dalam waktu 20 tahun sedangkan cadangan aspal Buton butuh waktu 360 tahun baru bisa habis dengan perkiraan produksi 1 juta per tahun)," katanya.

Dia berharap aspal Buton dapat digunakan secara maksimal, minimal untuk wilayah Sultra dan tidak perlu lagi tergantung dengan impor aspal cair.

Faktanya kata Anton, saat ini adalah Indonesia mengimpor 1,3 juta sampai 1,4 juta ton aspal per tahun yang menguras cadangan devisa negara Rp40 sampai Rp46 triliun.

Padahal kata Anton, seluruh kebutuhan itu dapat dipenuhi dalam negeri sendiri bila aspal Buton dimaksimalkan.

Saat ini sejumlah daerah yang menggunakan aspal Buton ini yakni Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, itu pun terbatas sementara kualitasnya lebih bagus aspal Buton dibanding aspal cair. Hanya saja, produksi aspal Buton ini masih perlu didorong, salah satunya melalui investasi.

"Saya mengajak untuk membangun pabrik (aspal) di daerahnya masing-masing, tapi kalau KEK ini ada maka saya mengajak investasi "ayo ke Buton bangun pabrikmu", nanti hasil produksinya baru kirim ke daerah lain," katanya.

Selama ini nikel lebih populer dibanding aspal padahal nikel ada di berbagai daerah sementara aspal hanya ada di Buton.

"Dalam prosesnya, penambangan nikel lebih mudah di awal sedangkan penambangan aspal hanya susah di awal, setelah itu lebih gampang dan lebih murah dari nikel," katanya.
Baca juga: Bahlil: Kabupaten Buton menjadi kawasan ekonomi khusus aspal
Baca juga: BKPM dukung investasi pengolahan aspal Buton

 

Pewarta: Hernawan Wahyudono dan Suparman
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021