"Ada 11 titik lokasi pengungsian pembangunan hunian tetap penyintas gempa dan harus ada program pemberdayaan yang menyentuh mereka, salah satunya pada sektor perikanan,"
Donggala, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, berupaya memberdayakan warga penyintas gempa dan tsunami di daerah itu untuk mengelola potensi sektor perikanan, dalam rangka menunjang pemenuhan kebutuhan pangan dan pendapatan warga.

"Ada 11 titik lokasi pengungsian pembangunan hunian tetap penyintas gempa dan harus ada program pemberdayaan yang menyentuh mereka, salah satunya pada sektor perikanan," ucap Bupati Donggala Kasman Lassa saat sosialisasi bioflok untuk budidaya perikanan di Desa Lero Tatari, Kecamatan Sindue, Donggala, Minggu.

Bupati mengatakan metode bioflok dalam budidaya pada sektor perikanan dapat menjadi satu alternatif untuk pemberdayaan masyarakat penyintas gempa dan likuefaksi di daerah itu.

Olehnya, ujar dia, masyarakat penyintas gempa dan likuefaksi yang akan segera menempati hunian tetap di lokasi relokasi, agar disentuh oeh Dinas Perikanan dalam program pemberdayaan masyarakat sektor perikanan dengan metode bioflok.

Dengan metode ini hanya butuh waktu tiga bulan lamanya budidaya, setelah itu masyarakat sudah bisa panen," ujarnya.

Ia mengatakan Dinas Perikanan harus membentuk kelompok pemberdayaan, yang setiap kelompok beranggotakan sekitar 10 sampai 15 orang.
Baca juga: Penyintas gempa bumi Donggala diberi pelatihan wirausaha Muhammadiyah
Baca juga: IAIN Palu siap bantu penyintas gempa Padagimo kuliah secara gratis


"Satu lokasi pengungsian bisa dibuatan 10 kelompok, nanti pemerintah akan bantu dari sektor pendanaan dan infastruktur," sebut Kasman Lassa.

Kata Kasman Lassa, untuk dukungan pendanaan, pihaknya akan menggandeng Bank Pembangunan Daerah atau Bank Sulteng dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Donggala.

"Asalkan masyarakat harus dibuatkan kelompoknya, ada struktur kelompok, ada akte pendirian kelompok dan ada lahan untuk pembangunan kolam atau tambak," ujarnya.

Berkaitan dengan itu Kepala Dinas Perikanan Donggala Ali Assagaf mengemukakan pemanfaatan dan pengembangan potensi sektor perikanan akan dilakukan berbasis kelompok.

Ali Assagaf menyebut saat ini program pengembangan sektor perikanan yang di dalamnya mengedepanan skema pemberdayaan berbasis kelompok telah berjalan, salah satunya contohnya berada di Desa Lero Tatari.

"Iya, di sana ada satu kelompok pemberdayaan yang namanya adalah Kelompok Tangguh, mereka melakukan budidaya ikan nila dengan metode bioflok," ujarnya.

Ia menambahkan, metode bioflok juga dapat digunakan dalam budidaya ikan bandeng, udang vaname dan sebagainya oleh penyintas gempa dan tsunami Donggala.

"Jadi nanti kita lihat, kalau misalnya lokasi relokasi pembangunan huntap tidak jauh dengan laut, maka pemberdayaan yang didorong adalah budidaya udang vaname dengan metode bioflok," katanya.

Sementara itu Ketua Kelompok Tangguh Budidaya Ikan Nila Metode Bioflok Desa Tatari, Akib mengakuin bahwa metode bioflok memberikan keuntungan besar kepada masyarakat.

"Karena budidaya ikan dengan metode ini tidak memakan waktu yang terlalu lama, hanya waktu tiga bulan masyarakat sudah bisa panen," ujarnya.

Kelompok Tangguh saat ini mengelola 20 kolam budidaya ikan nila, yang masing-masing kolam hasil panennya mencapai 1.000 ekor ikan atau 200 kilo gram ikan.

Akib berharap Pemkab Donggala dapat menambah infastruktur dan sarana prasarana di lokasi budidaya itu, salah satunya yakni penyediaan listrik.
Baca juga: Pemprov Sulbar bangun 150 huntap untuk penyintas gempa di Majene
Baca juga: Ketua PMI Sulbar: Sosialisasi COVID-19 ke penyintas gempa masih minim

 
Bupati Donggala Kasman Lassa (tengah) melakukan panen perdana ikan nila yang dibudidayakan oleh Kelompok Tangguh menggunakan metode bioflok, di Desa Lero Tatari, Minggu. (ANTARA/Muhammad Hajiji)



 

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021