peningkatan harga minyak terus didorong oleh pemulihan bertahap ekonomi global setelah anjlok mencapai titik terendah 19,3 dolar AS per barel pada 21 April 2020 akibat pandemi COVID-19
Jakarta (ANTARA) - PT Bank Mandiri Persero Tbk memperkirakan harga rata-rata minyak mentah (Brent) akan bergerak di kisaran 67,7 dolar AS per barel pada 2021.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro dalam kajiannya yang diterima di Jakarta, Minggu, menyampaikan harga minyak bumi dengan kontrak forward per 24 Juni 2021 untuk pengiriman Desember 2021 dan Desember 2022 masing-masing sebesar 72,34 dolar AS dan 67,2 dolar AS per barel.

"Kami melihat, peningkatan harga minyak terus didorong oleh pemulihan bertahap ekonomi global setelah anjlok mencapai titik terendah 19,3 dolar AS per barel pada 21 April 2020 akibat pandemi COVID-19," katanya dalam Industry and Regional Brief Bank Mandiri.

Namun kedepan, kata Andry, Bank Mandiri melihat harga minyak masih rentan terkoreksi karena peningkatan kembali kasus COVID-19 di beberapa negara terutama di Asia seperti, Indonesia, Iran, Filipina, Pakistan, Malaysia dan Thailand. Alasan lain yang bisa menekan harga minyak ke depan adalah ekspektasi peningkatan pasokan akibat pertambahan produksi minyak paska pertemuan negara OPEC+ pada 1 Juni 2021.

Adapun, pada penutupan tanggal 24 Juni 2021, harga minyak tercatat telah mencapai 75,38 dolar AS per barel, meningkat 45,5 persen secara tahun berhalan.

Harga tersebut sudah melewati harga tertinggi pada 2019 yaitu 74,6 dolar AS per barel pada tanggal 24 April 2019.

Sedangkan, harga rata-rata hingga 24 Juni telah mencapai 73,2 dolar AS per barel, atau lebih tinggi daripada harga rata-rata Mei 2021 sebesar 68,3 dolar AS per barel, dan April 2021 65,3 dolar AS per barel.

Pada Mei, Bank Mandiri mencatat data EIA (Energy Information Administration) bahwa konsumsi minyak dunia mencapai 96,22 juta barel per hari (bph), menurun tipis dibandingkan April 2021 yang sebesar 96,23 juta bph.

“Penurunan konsumsi minyak pada Mei 2021 disebabkan oleh penurunan konsumsi minyak di wilayah Asia dan Oseania sebesar 0,99 juta bph, dan wilayah Eropa sebesar 0,16 juta bph akibat kasus COVID-19 yang meningkat kembali,” ujar Andry.

Sebaliknya, konsumsi minyak di wilayah Amerika Utara dan Timur Tengah meningkat 0,50 juta bph dan 0,55 juta bph. Peningkatan tersebut disebabkan oleh pemulihan mobilitas kendaraan darat setelah penurunan kasus COVID-19 di Amerika Utara dan pemulihan aktivitas industri di wilayah Timur Tengah.


Baca juga: Harga minyak naik dipicu penurunan persediaan AS
Baca juga: Minyak naik moderat mendekati 75 dolar, Brent berakhir di 74,39 dolar
Baca juga: EIA: Produksi minyak global akan meningkat imbangi kenaikan konsumsi


Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021