Jakarta (ANTARA) - Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach mengakui Olimpiade Tokyo akan serasa berbeda karena digelar tanpa penonton langsung selama pandemi COVID-19, tetapi ia berjanji kepada atlet ajang itu akan menangguk miliaran penonton digital secara global.

Pernyataan Bach menanggapi keputusan panitia Olimpiade Tokyo yang pada Kamis memutuskan pesta olahraga pada 23 Juli s.d. 8 Agustus itu digelar tanpa penonton karena lonjakan kasus COVID-19 memaksa pemerintah Jepang memberlakukan status darurat di ibu kota sepanjang penyelenggaraan.

"Ini sangat sulit dan semua pihak menyesalkan konsekuensi yang ditimbulkan bagi para atlet maupun penonton," kata Bach dari Tokyo melalui pesan video kepada atlet yang dikutip Reuters, Jumat.

"Namun ini keputusan yang harus ditempuh demi memastikan keamanan Olimpiade. Saya harap kita semua sepakat bahwa yang terpenting adalah Olimpiade tetap dilangsungkan," ujarnya menambahkan.

Baca juga: Medali hingga podium, cara panitia gelar Olimpiade ramah lingkungan
Baca juga: Atlet Olimpiade Lithuania positif COVID-19 di kamp pelatihan Jepang


Absennya penonton, Jepang kini harus mengubur harapan kemeriahan dan kemegahan Olimpiade Tokyo.

Padahal pemerintah Jepang juga panitia Olimpiade Tokyo sejak lama berharap ajang itu bakal jadi panggung pertunjukan kesuksesan pemulihan negara itu dari gempa besar 2011 yang menimbulkan kecelakaan nuklir.

Sementara penonton dari luar negeri sudah berbulan-bulan lalu dipastikan tidak boleh hadir, keputusan terbaru ini jelas akan menimbulkan kerugian jutaan dolar bagi panitia.

IOC berharap ada peningkatan signifikan dari aspek produksi visual Olimpiade Tokyo, terutama di Jepang dan pasar terbesarnya, Amerika Serikat, akan membantu meminimalisir dampak kerugian keputusan terbaru ini.

"Semuanya akan berlangsung dalam situasi yang teramat berbeda, tetapi Anda tidak perlu merasa sendirian di lapangan," kata Bach.

"Miliaran orang di seluruh dunia akan menatap lekat-lekat layar peranti mereka. Saya harap kalian bisa merasakan dukungan itu," ujarnya menambahkan.

Baca juga: Kirab obor Olimpiade di Tokyo digelar tanpa pelari
Baca juga: Enggan tanding tanpa penonton, Kyrgios mundur dari Olimpiade


IOC menyatakan Olimpiade Tokyo akan disiarkan secara global dengan potensi penonton hingga 5 miliar orang, berkat penambahan hak siar signifikan dibandingkan edisi-edisi sebelumnya baik melalui TV konvensional maupun digital.

"Kami berharap Olimpiade Tokyo yang luar biasa dalam kondisi spesial ini," katanya.

"Tokyo siap dengan berbagai venue luar biasa. Para atlet akhirnya bisa datang dan berkonsentrasi sebagaimana mestinya dalam Olimpiade, yakni untuk berkompetisi," tutup Bach.

Olimpiade Tokyo sedianya dilangsungkan 2020 lalu dan sudah diundur setahun karena pandemi, tetapi publik tuan rumah dilanda kekhawatiran ajang itu tetap dilangsungkan di tengah pagebluk.

Jajak pendapat media setempat baru-baru ini memperlihatkan 35 persen warga ingin Olimpiade Tokyo digelar tanpa penonton, 26 persen dengan penonton terbatas sedangkan 34 persen lainnya ingin pembatalan atau penundaan lagi.

Baca juga: Olimpiade tanpa penonton, badan olahraga kecewa
Baca juga: Presiden Jokowi: atlet Indonesia emban amanat berat di Olimpiade Tokyo


 

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2021