Zhengzhou (ANTARA) - Puluhan ribu orang dievakuasi dari sejumlah wilayah yang dilanda banjir di China tengah pada Kamis.

Pihak berwenang sebelumnya melaporkan 33 orang tewas dalam bencana banjir yang melanda provinsi Henan akibat hujan deras selama hampir sepekan.

Banyak kota tenggelam dan lahan pertanian hancur saat cuaca buruk menyebar ke utara. Kantor berita resmi Xinhua melaporkan kerugian ekonomi akibat bencana itu mencapai 1,22 miliar yuan (sekitar Rp2,74 triliun) Biro cuaca provinsi pada Kamis menaikkan peringatan badai bagi empat kota di utara Henan --Xinxiang, Anyang, Hebi, dan Jiaozoluo-- menjadi merah, level tertinggi dari empat kode warna dalam sistem peringatan cuaca.

Jumlah korban sebanyak 33 jiwa itu termasuk 12 orang yang tewas dalam kereta bawah tanah yang terendam banjir di ibu kota provinsi, Zhengzhou, 650 km barat daya Beijing, awal pekan ini.

Di Zhengzhou, di mana cuaca buruk mencapai puncaknya pada Selasa, langit sudah tampak cerah meskipun banjir setinggi pinggang atau lebih masih merendam jalan-jalan di sejumlah tempat.

Tim penyelamat menggunakan perahu karet untuk memindahkan warga ke tempat aman, sementara warga lain menerobos banjir sambil mengangkat barang di atas kepala atau menunggu di atas mobil mereka yang setengah tenggelam untuk dijemput.

Sejumlah warga diangkut dengan truk penggali melewati banjir.

Sebanyak 15 sukarelawan dari perusahaan konstruksi di provinsi Sichuan menggunakan perahu untuk mengangkut warga yang terjebak di sebuah gedung apartemen.

"Kami membawa orang-orang tua, wanita hamil, dan anak-anak dulu," kata seorang sukarelawan.

"Dulu, Sichuan diguncang gempa. Sekarang banjir di sini. Hari ini kamu membantuku, besok aku membantumu."

Pada 2008, gempa 7,9 magnitudo menghantam Sichuan dan menewaskan puluhan ribu orang, bencana paling mematikan di China selama puluhan tahun.

Pekan ini, Zhengzhou menjadi episentrum cuaca ekstrim di China tengah, dengan curah hujan mencapai 617,1 mm dari Sabtu hingga Selasa, hampir setara dengan rata-rata 640,8 mm setahun.

Seorang petugas penyelamat yang enggan disebut namanya mengatakan timnya menyelamatkan seribuan orang dari sebuah permukiman pada Rabu dan berharap bisa menyelamat ribuan warga lainnya pada Kamis.

"Beberapa dari mereka tak mau pergi jika punya makanan," kata dia. "Karena kalau pergi, mereka tak tahu harus kemana. Tapi mereka yang kehabisan makanan akan keluar sendiri."

Seorang pria bernama Xu mengatakan dia terjebak bersama istri dan dua anaknya di apartemen berhari-hari tanpa air bersih.

"Kami tak punya air, tak ada listrik, kami tak bisa mandi, dan air bekas bersih-bersih kami simpan untuk menyiram toilet," kata dia.

"Saya tinggal di sini empat, lima tahun, dan ini belum pernah terjadi," tambahnya. Keluarga itu menunggu dengan sabar di gerbang apartemen untuk dievakuasi dengan perahu.

Bergerak ke Utara

Ketika badai bergerak ke utara pada Kamis, lebih dari 73.000 orang dievakuasi dari kota Anyang, di perbatasan Henan dengan provinsi Hebei. Kota itu terendam hujan lebih dari 600 mm sejak Senin, kata Xinhua.

Dua orang tewas di Hebei ketika sebuah tornado menghantam kota Baoding pada Rabu.

Xinxiang, kota kecil di utara Zhengzhou, mencatat curah hujan 812 mm antara Selasa dan Kamis, angka tertinggi dalam catatan meteorologi setempat, kata Xinhua.

Tujuh penampung air berukuran sedang di kota itu telah meluap, menggenangi banyak desa dan kota kecil.

Hingga Rabu malam, lebih dari 470.000 orang dan lebih dari 55.000 hektare lahan pertanian terdampak hujan di Xinxiang, kata Xinhua.

Pemerintah setempat dikabarkan telah mengerahkan 76.000 lebih petugas SAR.

Banjir fatal di kereta bawah Zhengzhou telah mendorong pemerintah untuk meminta otoritas lokal segera meningkatkan sistem pengendalian banjir dan tanggap darurat.


Sumber: Reuters
Baca juga: China periksa kendali banjir di kereta bawah tanah
Baca juga: Korban tewas banjir Zhengzhou jadi 25, tujuh lainnya masih hilang
Baca juga: Korban tewas di terowongan banjir di China bertambah jadi 13


Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021