Jakarta (ANTARA) - Film Indonesia terbaru "A Perfect Fit" yang berlatar di Bali, garapan sutradara Hadrah Daeng Ratu dan penulis Garin Nugroho, mengisahkan seorang fashion blogger Bali bernama Saski (Nadya Arina) yang tanpa sengaja mengubah takdirnya ketika bertemu dengan seorang pemilik toko sepatu bernama Rio (Refal Hady). Menggabungkan romansa yang ringan dengan budaya dan tradisi Bali yang kuat, "A Perfect Fit" tak hanya menyuguhkan berbagai momen yang mendebarkan hati namun juga sisi Bali yang jarang terlihat. Berikut ini adalah lima hidden gems Bali yang dapat Anda nikmati secara virtual lewat film ini.

Desa Jatiluwih
Masih ingat dengan adegan Saski dan Rio yang sedang naik motor berlatarkan pemandangan sawah yang memanjakan mata? Adegan ini berlokasi di Desa Jatiluwih, Tabanan. Persawahan dengan sistem terasering di Desa Jatiluwih semakin terlihat apik karena dikelola oleh subak (organisasi kemasyarakatan) yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Pada 2012, UNESCO bahkan menetapkan Subak Desa Jatiluwih sebagai warisan budaya tak benda. Meskipun dikenal dengan keindahan pantainya, areal persawahan dengan sistem terasering justru menjadi ciri khas Bali yang lebih dulu dikenal para wisatawan sejak abad ke-20. Desa Jatiluwih pun menjadi salah satu desa dengan pemandangan sawah yang luar biasa seperti ini.
Seorang warga meletakkan kandang ayam di sekitar bangunan balai kayu, di kawasan Desa Tradisional Tenganan, Karangasem, Bali, Kamis (17/7). ANTARA/Ismar Patrizki)


Desa Tenganan
Rumah Saski berlokasi di sebuah desa asri yang bernama Desa Tenganan. Keindahan Desa Tenganan dan keseharian masyarakatnya pun tergambarkan di beberapa adegan lain saat Saski berkunjung ke kerajinan sepatu milik Pak Ketut (Yayu Unru). Desa Tenganan merupakan desa tertua yang menjadi tempat bermukim suku Bali tua yang disebut Bali Aga. Masyarakat Bali Aga hidup dengan mempertahankan aturan adat istiadat dan menjaga warisan budaya secara turun-temurun, termasuk dalam hal membangun rumah.

Baca juga: Daya tarik "A Perfect Fit", karya Garin Nugroho & Hadrah Daeng Ratu

Baca juga: "A Perfect Fit", kolaborasi Hadrah Daeng Ratu dan Garin Nugroho


“Desa Tenganan kami pilih untuk merepresentasikan adat istiadat Bali yang masih terjaga dengan baik, termasuk arsitektur bangunannya yang khas dengan bata merah berukuran kecil. Selain itu, kami juga memilih desa ini untuk menggambarkan orang tua Saski yang menjaga warisan budaya sekaligus pembaca lontar, karena Desa Tenganan sendiri terkenal dengan pembuat dan pembaca Lontar,” ujar penulis Garin Nugroho yang juga merangkap sebagai desainer produksi.
Umat Hindu membawa benda-benda sakral saat upacara ritual Melasti menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1940 di Pantai Melasti, Ungasan, Badung, Bali, Rabu (14/3). (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)


Pantai Melasti
Dari begitu banyak pantai yang indah di Bali, Pantai Melasti mungkin termasuk salah satu yang jarang terdengar. Pantai ini terbilang baru sebagai destinasi wisata dan memerlukan perjalanan yang cukup menantang untuk mengunjunginya. Namun, keeksotisan Pantai Melasti beserta bukit-bukit kapur alami yang menjulang tinggi bisa membuat Anda langsung jatuh cinta dengan tempat ini. Selain adegan fashion show di awal, "A Perfect Fit" banyak menggunakan lokasi ini untuk adegan-adegan yang penuh emosi.

Sutradara Hadrah Daeng Ratu pun menjelaskan, “Kami memilih Melasti untuk adegan-adegan yang emosional karena kami merasa perpaduan tebing yang kokoh dengan indahnya pantai dapat menjadi dua hal yang ambigu, layaknya pilihan sulit yang harus Saski ambil dalam hidupnya”.
 
Jalan Gootama, Ubud, Bali (ANTARA/Netflix)


Jalan Gootama
Jalan Gootama merupakan jalan yang paling populer di Ubud, khas dengan toko-toko kecil yang memiliki produk lokal berkelas. Meskipun terkenal sebagai tempat berbelanja suvenir Bali, mungkin sedikit dari Anda yang menyadari bahwa jalan ini merepresentasikan Bali yang penuh keberagaman dan kehangatan. Hal inilah yang coba digambarkan oleh para kreator film "A Perfect Fit". Selain itu, Jalan Gootama juga dipilih sebagai salah satu lokasi syuting karena merepresentasikan sisi Bali yang modern.

Hadrah menjelaskan, “Dalam film ini, kami tidak hanya ingin memperlihatkan Bali dengan budaya aslinya saja, tapi juga budaya yang multikultural dan modern. Oleh karena itu, Jalan Gootama menjadi salah satu pilihan kami”.
Wisatawan asing saling menjatuhkan di lumpur saat memperagakan seni beladiri Mepantigan di persawahan kawasan Batubulan, Gianyar, Bali, Minggu (24/4). Mepantigan merupakan seni beladiri asal Bali yang menggabungkan gerak beladiri, tarian tradisional, musik dan harmonisasi dengan hewan dan tumbuhan. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)


Tradisi Gulat Lumpur (Mepantigan)
Tidak hanya lokasi, "A Perfect Fit" juga menampilkan beberapa budaya Bali yang jarang terlihat, termasuk tradisi Mepantigan yang kerap kali diadakan di wilayah Ubud dan Batubulan. Mepantigan merupakan tradisi gulat lumpur yang ditujukan untuk meredakan aksi kekerasan dan memiliki belas kasihan kepada lawan. Mepantigan sendiri berarti saling membanting, merujuk kepada salah satu gerakan utama dalam tradisi ini.

"A Perfect Fit" memperkenalkan Mepantigan dalam sebuah adegan menarik di mana persaingan sengit Deni (Giorgino Abraham) dan Rio mulai memasuki puncaknya. “Kami memilih Bali karena daya tariknya yang unik, termasuk warisan budayanya yang kaya. Melalui A Perfect Fit, kami ingin memperkenalkan sisi Bali yang belum banyak dijelajahi dalam budaya pop sebelumnya,” ujar Garin.

Baca juga: "Work from Bali" akan berdampak positif untuk Lombok

Baca juga: Pelaku pariwisata sambut pembukaan Bali untuk wisatawan asing

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021