Jakarta (ANTARA) - Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Sulawesi Tengah (FKPT Sulteng) Dr Muhammad Nur Sangadji DEA mengatakan perlu peningkatan kesadaran masyarakat dalam menjaga persatuan dan kesatuan di masa pandemi saat ini.

Di saat-saat kritis pandemi seperti ini, dibutuhkan partisipasi masyarakat menjaga persatuan dan kesatuan dari upaya-upaya memecah belah bangsa dan negara, kata Sangadji dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

”Jangan sampai ketika bangsa ini sedang membutuhkan energi bersama dan partisipasi dari seluruh stakeholder, kita malah terpecah oleh masuknya ajakan-ajakan yang membuat kita menjadi lemah,” katanya.

Baca juga: BNPT serap aspirasi para pihak optimalkan pencegahan radikal-teroris

Ia menekankan bahwa seluruh elemen memegang peranan yang sangat penting untuk memberikan kesadaran masyarakat (community awareness), seperti pendidikan, yang dimulai dari sekolah dasar yaitu SD, sebagai lembaga pendidikan formal.

”Kemudian lembaga pendidikan informal, yaitu di rumah tangga, keluarga, kemudian lembaga pendidikan non formal di masyarakat. Itu harus bersinergi bersama-sama untuk membentuk karakter Indonesia yang kuat,” tuturnya.

Sangadji menyampaikan, saat mendesak seperti saat ini, mau tidak mau pemerintah juga harus turun tangan untuk membangun rasa percaya diri masyarakat, sehingga apa yang diucapkan oleh pemerintah ini bisa diikuti oleh masyarakat.

”Ada satu sisi yang paling ditakuti oleh pemerintah seluruh dunia, yaitu apa yang disebut dengan civil disobediences (pembangkangan sipil). Itu adalah suatu keadaan dimana pun atau apa pun yang dikatakan oleh pemerintah itu tidak didengar oleh masyarakat,” terang Sangadji.

Baca juga: FKPT Sulteng sebut aparat keamanan harus kerja keras tuntaskan teror

Untuk mencegah itu terjadi, ia menyampaikan bahwa masyarakat harus dibangun kapasitas dan kesadaran tentang kehidupan berbangsa dan bertanah air.

Selain itu, menurut Sangadji, pemerintah juga perlu untuk memberikan bekal anak-anak muda dengan keterampilan untuk berkerja sehingga ajakan-ajakan dan narasi-narasi seperti radikalisme dan anarkisme ataupun upaya-upaya untuk melakukan pembangkangan terhadap kebijakan yang dibuat oleh negara dapat dihindarkan.

”Karena ketika mereka menganggur dan tidak ada kegiatan, mereka sangat rentan terprovokasi. Walaupun mungkin tidak mutlak, tetapi sangat rentan. Oleh karena itu perlua adanya penguatan keterampilan atau skill kepada generasi muda agar tidak mudah terhasut,” ujarnya mengakhiri.

Baca juga: BNPT-FKPT ajak masyarakat halau penyebaran faham radikal dan terorisme

Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021