Jakarta (ANTARA) - GajiGesa, startup fintech yang fokus pada pengelolaan gaji karyawan menghadirkan fitur Earned Wages (EWA) yang memungkinkan para karyawan dapat menerima pembayaran pro-rata lebih awal dari perusahaan.

"Prinsip utama kami adalah menciptakan nilai tambah yang kongkrit di lapangan, kami ingin menciptakan dampak positif bagi pekerja terutamanya para karyawan yang bekerja secara gigih namun tidak pernah mendapatkan credit scores oleh lembaga finansial atas usaha dan waktu yang mereka luangkan," kata Vidit Agrawal, Co-Founder GajiGesa dalam siaran pers dikutip Kamis.

Baca juga: BTPN perkenalkan fitur saldo mata uang asing di aplikasi Jenius

EWA bukan merupakan dana talangan oleh perusahaan, namun merupakan merupakan pembayaran kepada karyawan berdasarkan hasil jam kerja dan merupakan hak karyawan atas kerja kerasnya.

"Kelebihan utama menggunakan GajiGesa adalah fleksibilitas yang ditawarkan dan dapat diakses kapan saja di mana saja dan secara real-time," kata Vidit yang mendirikan GajiGesa bersama Martyna Malinowska pada 2020 itu.

Sementara bagi perusahaan, GajiGesa bisa menawarkan kas yang sehat dan menjaga kestabilan perusahaan dan bagi karyawan dapat mendapatkan gaji lebih awal hingga dapat mengurangi ketergantungan karyawan untuk pinjaman tenor pendek ataupun rentenir untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya sehingga mengurangi stres finansial yang mereka hadapi.

Dia menambahkan bahwa saat ini di Indonesia masih banyak perusahaan yang belum mengunakan teknologi untuk pengelolaan payroll, sehingga banyak pekerjaan administrasi terkait pembayaraan gaji masih di lakukan secara manual.

"Kami ingin memberi solusi permasalahan yang sering yakni tidak adanya fleksibilitas dalam benefit bagi karyawan dan terkadang BPJS tidak dibayarkan, pajak tidak dibayarkan serta kurangnya optimalisasi teknologi dan digitalisasi oleh perusahaan terutamanya disektor informal," kata dia.

Riset GajiGesa mengungkapkan bahwa 60 persen karyawan dalam sepuluh tahun terakhir di Indonesia lebih memilih untuk mengajukan pinjaman kepada lembaga keuangan informal atau yang lebih dikenal sebagai rentenir terutamanya pegawai yang memiliki pendapatan di bawah Rp10 juta lebih rentan untuk mengajukan pinjaman kepada rentenir.

"Bunga pinjaman di sektor informal di Indonesia sangat tinggi dan dapat mencapai hingga 28 persen per bulan dan lebih dari 300 persen per tahunnya, dan dapat mencapai lebih di beberapa daerah di Indonesia” ungkap Martyna Malinowska, Co-Founder GajiGesa.

Pandemi COVID-19 juga meningkatkan kebutuhan karyawan sebagaimana terlihat dari peningkatan jumlah pengguna platform GajiGesa selama beberapa bulan ini dikarenakan kebutuhan sehari-hari yang meningkat dan adanya kebutuhan yang tidak terduga. Hal ini meningkatkan beban stres finansial bagi karyawan sehingga mengurangi produktifitas mereka.

"Riset dan wawancara kami di berbagai daerah di Indonesia menungkapkan 80%-90% pegawai menungkapan bahwa salah alasan mereka tidak bahagia di tempat kerjanya adalah stres finansial yang menyebabkan mereka tidak nyaman bekerja dan bahkan menurunkan produktifitas mereka," kata Martyna.

Baca juga: BNI gandeng JP Morgan permudah pengiriman uang dari luar negeri

Baca juga: PPATK luncurkan aplikasi pelaporan antipencucian uang goAML

Baca juga: LinkAja umumkan investasi dan kolaborasi strategis Grab


 

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021