Jakarta (ANTARA) - Krusialnya masa revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dalam penulisan sejarah nasional dan sejarah seni rupa modern akan dibahas dalam bincang-bincang yang digelar Galeri Nasional Indonesia pada 18 Agustus 2021. Program Bicara Rupa Seri Sejarah Seni Rupa Modern Indonesia akan dihadirkan dengan format ceramah umum dengan tajuk “Seniman dan Revolusi Indonesia” di Zoom dan Live Facebook Galeri Nasional Indonesia.

“Sekalipun sering ditulis dan diwacanakan dalam penulisan sejarah seni rupa modern Indonesia, gambaran jelas mengenai peran seniman di masa kemerdekaan Indonesia masih dilihat secara parsial,” kata pengajar Seni Rupa Institut Teknologi Bandung Aminudin TH Siregar yang jadi narasumber, dikutip dari siaran resmi, Selasa.
 
Kandidat Doktor Sejarah Seni di Universitas Leiden Belanda mengatakan historiografer seperti Claire Holt, misalnya, meninggalkan banyak ruang kosong sewaktu menarasikan kiprah seniman pascaproklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Banyak peristiwa yang tidak tersambung antar satu dengan lainnya. Sehingga banyak ditemukan anggapan kurang akurat bahwa peran seniman di periode kemerdekaan dan revolusi terbatas sebagai pembuat poster atau pendiri sanggar-sanggar seni.

Lantas apa yang sebenarnya terjadi sebelum dan pasca 17 Agustus 1945? Peristiwa-peristiwa apa saja yang belum terungkap? Mengapa periode revolusi penting dalam historiografi seni rupa modern Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab secara lengkap dalam program ini, dengan dipandu oleh moderator Bayu Genia Krishbie, Kurator Galeri Nasional Indonesia.

Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto berharap program ini dapat menjadi media informasi, edukasi, sekaligus referensi untuk melengkapi narasi sejarah seni rupa modern Indonesia. “Perlu diingat, sejarah seni rupa modern Indonesia juga merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Namun masih belum banyak literatur yang mencantumkan peran seni rupa dalam perjalanan bangsa ini” ungkapnya.

“Dengan mengulas peran seniman di masa kemerdekaan Indonesia, maka hal ini juga berarti sebuah penegasan dan juga apresiasi bagi para seniman Indonesia terhadap perannya dalam membentuk bangsa ini,” kata Pustanto.

Baca juga: Galeri Nasional Indonesia gelar pameran seni rupa daring "POROS"

Baca juga: Galeri Nasional Indonesia selenggarakan tur virtual rayakan Hari Anak

Baca juga: Intip koleksi Galeri Nasional lewat tur virtual pekan depan

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021