Jakarta (ANTARA) - Tonggak sejarah ditancapkan ketika digagas pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Myaung Bwe, Mrauk U, Rakhine State, Myanmar, pada November 2017.

Pembangunan RSI di Myanmar itu sarat makna, baik secara kemanusiaan maupun diplomasi hubungan antarbangsa, serta tentu saja kesehatan.

Lebih mendasar lagi, karena RSI itu dibangun di tengah komunitas yang sedang berkonflik, yakni pihak Muslim dan Budha.

Sejarah perjalanan RSI di Myanmar bantuan dari rakyat dan pemerintah Indonesia itu, bermula dari ide organisasi sosial kemanusiaan untuk korban perang, konflik dan bencana alam yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia.

MER-C kemudian mengomunikasikannya dengan Wakil Presiden saat itu M Jusuf Kalla, yang juga menjabat Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI).

JK, panggilan karib Jusuf Kalla, kemudian mengundang Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) untuk menjalin kerja sama dengan MER-C, hingga akhirnya bekerja bersama untuk mewujudkannya.

Kedutaan Besar RI di Myanmar melengkapi penjelasan perjalanan RSI itu dengan menyatakan pembangunan RS bantuan Indonesia itu bermula dari hasil kesepakatan antara Presiden Myanmar U Htin Kyaw dan Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla di sela-sela KTT Asia-Europe Meeting (ASEM) di Mongolia pada pertengahan 2016.

Pembangunan RS ini adalah proyek kolaborasi antara MER-C dan PMI, dan didukung oleh Pemerintah Indonesia. Dana proyek berasal dari komunitas Muslim Indonesia, komunitas Buddha Indonesia, khususnya dari WALUBI, dan dermawan lain.

Rancangan RS dan konstruksi dilakukan oleh MER-C dan kontraktor lokal. Selama konstruksi, MER-C menempatkan empat orang di lokasi sebagai pengawas. Sementara itu PMI memimpin proses pengadaan alat kesehatan untuk RS.

Peletakan batu pertama dilakukan pada Minggu (19/11/2017) dihadiri Duta Besar RI untuk Myanmar saat itu Ito Sumardi dan menteri urusan Rakhine, perwakilan Kementerian Kesehatan Myanmar, perwakilan MERC, tokoh masyarakat setempat dan masyarakat agama Budha dan Islam.

Semestinya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi akan hadir di acara tersebut, namun batal karena imbauan pemerintah Myanmar yang menyatakan lokasi pembangunan RSI berada di wilayah utara Rakhine, yang dipandang rawan, dan Pemerintah Myanmar sendiri tidak bisa memberikan pengamanan optimal sesuai standar untuk tamu resmi pemerintah setingkat menteri.

Terlebih, saat itu pasukan keamanan Myanmar sedang difokuskan menjaga pertemuan tingkat menteri Asia-Eropa di Nay Pyi Taw, yang juga dihadiri Menlu Retno Marsudi.
Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi (empat dari kiri) saat menerima delegasi MER-C Indonesia, yang dipimpin Ketua Presidium dr Sarbidi Abdul Murad (tiga dari kiri) saat melaporkan perkembangan pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) tahap II di Gaza, Palestina dan RSI di Myanmar pada 2020. (FOTO ANTARA/HO-Humas MER-C)

Singkat cerita, pembangunan RSI itu, yang semula direncanakan selesai satu tahun molor hingga dua tahun disebabkan situasi dan berbagai kendala di lapangan, antara lain isu keamanan, musim hujan terus menerus yang menyebabkan banjir, sulitnya mencari pekerja dan bahan material bangunan, serta kinerja kontraktor lokal.

Namun tantangan tersebut dapat dihadapi dengan baik oleh Tim MER-C di lapangan sehingga kendala-kendala teknis dapat diatasi.

Akhirnya, pada 10 Desember 2019 di Kantor Kementerian Kesehatan dan Olahraga Myanmar, Nay Pyi Taw, Pemerintah Indonesia, yang diwakili oleh Duta Besar RI untuk Myanmar, Prof Dr Iza Fadri menyerahkan secara teknis RSI bantuan Indonesia di Myaung Bwe, Mrauk U, Rakhine State, kepada Pemerintah Myanmar, yang diwakili oleh Wakil Direktur Jenderal, Departemen Pelayanan Kesehatan, Dr Thida Hla.

Kegiatan technical handover RS tersebut disaksikan oleh Menteri Kesehatan dan Olahraga Myanmar Dr Myint Htwe dan para pejabat tinggi dari Kementerian Kesehatan dan Olahraga Myanmar serta perwakilan dari PMI pusat dan MER-C Indonesia.

RSI tersebut terdiri atas bangunan utama seluas 2.214 meter persegi di atas tanah 4.644 meter persegi yang mencakup ruang operasi, ruang gawat darurat, ruang X-Ray dan pendukung lain, bangunan rumah generator seluas 11,25 meter persegi bersama dengan satu unit generator, bangunan kamar jenazah seluas 24 meter persegi, bangunan ground tank beserta empat unit pompa air otomatis, lansekap dan dua jembatan beton.


Kado indah

Menjelang HUT Ke-76 Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2021, tepatnya pada Jumat (13/8), RSI di Rakhine State itu -- di tengah pandemi COVID-19 -- sudah mulai memberikan pelayanan kesehatan bagi warga Muslim dan Budha setempat.

Ketua Presidium MER-C dr Sarbini Abdul Murad mengaku bersyukur mendapat kabar baik bahwa Rumah Sakit Indonesia di Myaung Bwe, Mrauk U, Rakhine State, Myanmar, sudah dibuka dan operasional. RS itu dinilai punya dua makna yang berarti, yakni hadiah ulang tahun ke-22 MER-C dan HUT Ke-76 Kemerdekaan Indonesia.

Pada hari pertama itu, ada delapan warga Muslim dan enam warga Budha mendapatkan perawatan di RSI Myanmar.

Berita tersebut dinilainya sangat menggembirakan karena RSI di Mynamar itu sudah difungsikan oleh pemerintah setempat guna memberikan layanan kesehatan warganya.

RSI tersebut kini bisa bermanfaat bagi kedua belah pihak, dan sekaligus menjadi sarana berbaur, antara masyarakat Budha dan Muslim di sana, yang selama ini terhambat karena adanya konflik.

Kolaborasi beragam unsur di Tanah Air, kembali mengukuhkan bahwa kerja sama, baik kalangan non-pemerintah dengan pemerintah, kembali bisa diwujudkan.

Melalui diplomasi jalur kedua (second track diplomacy) , aktor non-negara, seperti MER-C, WALUBI bersama PMI dan pemerintah mampu membangun gotong royong untuk kinerja-kinerja kemanusiaan, sekaligus kesehatan dan diplomasi.

Tak hanya itu, untuk wilayah konflik, diplomasi non-formal ini juga bisa menjadi model ke depan untuk proses-proses mendamaikan para pihak dengan sentuhan yang lebih lembut.

RSI di Rakhine State, Myanmar itu merupakan bagian dari diplomasi kemanusiaan, dan keberadaan RS yang dibangun oleh umat Muslim dan Budha Indonesia itu diharapkan dapat mendorong terciptanya perdamaian di Myanmar.

Copyright © ANTARA 2021