Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Ekonomi Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI Neil Al Himam mengatakan perkembangan teknologi, terutama di masa pandemi turut mendorong 17 subsektor ekonomi kreatif (ekraf) untuk go digital.

"Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif, sektor ini memiliki 17 subsektor yaitu aplikasi, pengembang game, aristektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fesyen, film, animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, dan televisi serta radio. Hampir semuanya kini goes to digital, terlepas dari beberapa produk yang sudah berbentuk digital dari awal," kata Neil dalam bincang daring, Sabtu.

"Perkembangan teknologi ini mendorong 17 subsektor ini, ditambah dengan koneksi 5G yang akan datang, kebutuhan akan domain, cloud, dan interactive usage of internet," ujarnya menambahkan.

Baca juga: Kemenparekraf gelar program Apresiasi Kreasi Indonesia 2021

Lebih lanjut, Neil memaparkan bahwa Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang menjanjikan. Selain melihatnya dari kacamata nilai ekonomi digital Indonesia yang diprediksi bisa menjadi yang terbesar di Asia Tenggara pada 2030, Neil juga melihat tren serta teknologi mampu membuka peluang dan kreativitas baru para pelakunya.

"Ini membuka peluang bisnis juga di era digital. Dengan para pelaku yang lebih kreatif, memunculkan adanya creativepreneurship. Kata kuncinya adalah transformasi digital. Belum lagi startup kita juga sangat banyak, dengan lima unicorn dan satu decacorn. Ini membuktikan bahwa selain peluang ekonomi digital Indonesia besar, ini juga menjadi cara kita unjuk gigi di Asia Tenggara," jelas Neil.

Ia kemudian memaparkan data dari Bank Indonesia yang menyatakan nilai transaksi e-commerce pada paruh pertama tahun ini kian meningkat, lebih tepatnya sebesar Rp186,75 triliun atau tumbuh 63,36 persen year-on-year (YoY).

Neil berpendapat, peningkatan jumlah transaksi ini tentu tak lepas dari kemudahan akses pembayaran digital, serta literasi digital yang kian masif menjangkau masyarakat Indonesia.

"Peningkatan literasi digital menjadi penting untuk menaikkan UMKM yang informal menjadi formal. Perlu sinergi luar biasa antarpemerintah, tapi juga akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media," kata dia.

Adapun Kemenparekraf juga memiliki sejumlah program terkait transformasi digital untuk UMKM, termasuk Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, yang diharapkan mampu menjangkau lebih banyak UMKM untuk on boarding ke ruang digital. Diketahui, baru 8 juta dari 64 juta UMKM di Indonesia yang sudah terhubung secara digital di e-commerce.

"Tahun lalu ditargetkan untuk bertambah 2 juta sampai akhir tahun ini. Dengan kerja sama kementerian/lembaga dan platform e-commerce dan perbankan, akhirnya kita melebihi target yaitu 3,4 juta yang on board ke platform digital. Harapannya, tahun 2024 nanti 50 persen dari UMKM tadi sudah on board digital," ujar Neil.

Baca juga: Sandiaga Uno undang UNICEF dalam Festival Taliwang NTB

Baca juga: Kemenparekraf dan Poltekpar Medan gelar vaksinasi 3 hari di Sumut

Baca juga: Kemenparekraf bagikan 2.000 makanan untuk meriahkan HUT ke-76 RI

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021