Kami sudah mengatakan lagi dan lagi 'Pesan apa yang akan disampaikan oleh Olimpiade kepada publik?'
Tokyo (ANTARA) - Penasihat kesehatan terkemuka Jepang mengkritik Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach pada Rabu karena datang lagi ke Tokyo di saat negara itu meningkatkan upaya darurat untuk melawan COVID-19.

Jepang pada Rabu berencana memperluas status darurat ke lebih dari delapan prefektur, sehingga totalnya menjadi 21 wilayah --dari Hokkaido di utara hingga pulau Okinawa di selatan.

Seluruh wilayah itu mencakup 80 persen populasi Jepang.

Pernyataan lugas dari pejabat Jepang itu menegaskan rasa frustrasi banyak pihak ketika pemerintah berjuang untuk mengendalikan wabah.

Warga Jepang makin mengkhawatirkan kehidupan mereka yang diatur oleh pembatasan dan perusahaan mengabaikan permintaan untuk mendorong karyawan bekerja dari rumah.

"Kami sudah mengatakan lagi dan lagi 'Pesan apa yang akan disampaikan oleh Olimpiade kepada publik?'" kata Dr Shigeru Omi, pakar imunologi yang memimpin panel penasihat pemerintah untuk virus corona yang menyetujui rencana darurat, dalam sebuah sesi dengan parlemen.

"Kami meminta orang untuk lebih sering bekerja dari rumah. Jika (IOC) Presiden Bach perlu berpidato (untuk Paralimpiade), kenapa tak dia lakukan secara jarak jauh? Kenapa harus repot-repot datang ke sini?" kata Omi yang mengundang tepuk tangan dari sejumlah anggota parlemen.

"Kepolosan dan akal sehat seharusnya berfungsi dalam kondisi seperti ini," kata dia.

Baca juga: Kaisar Jepang resmi buka Paralimpiade Tokyo 2020

Bach menghadiri acara pembukaan Paralimpiade pada Selasa (24/8).

Omi dan koleganya di komunitas kesehatan menentang penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade 2020.

Mereka memperingatkan bahwa penularan virus bisa meluas jika masyarakat menilai bahwa menjadi tuan rumah pesta olahraga adalah tanda bahwa beraktivitas secara normal aman dilakukan.

Pakar ekonomi Takahide Kiuchi dari Institut Riset Nomura memperkirakan perluasan status darurat akan menimbulkan kerugian tambahan sekitar 420 miliar yen (sekitar Rp55,1 triliun) pada perekonomian, sehingga total kerugian Jepang dari pembatasan darurat tahap empat mencapai 3,84 triliun yen.

Kerugian itu melebihi angka 1,68 triliun yen dari penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade yang diharapkan dapat mendorong ekonomi, kata Kiuchi.

Pembatasan darurat berbulan-bulan di Ibu Kota Tokyo dan wilayah sekitarnya telah gagal menahan lonjakan kasus infeksi. Sekitar 90 persen kapasitas ranjang di ruang perawatan intensif telah terisi.

Rencana perluasan status darurat yang diharapkan dapat disetujui pada Rabu malam akan menambahkan Hokkaido, Aichi, Hiroshima, dan lima prefektur lainnya mulai Jumat (27/8) nanti hingga 12 September.

Jepang melaporkan 21.561 kasus baru dan 30 kematian pada Selasa (24/8).

Tingkat kematian akibat COVID-19 di negara itu mencapai 1,2 persen, lebih rendah daripada Amerika Serikat dan Inggris.

Sumber: Reuters

Baca juga: Satgas COVID-19 Jepang peringatkan bahaya siswa menonton Paralimpiade

Baca juga: Penggemar bantu mimpi atlet Paralimpiade Jepang jadi kenyataan


 

Kloter dua dan tiga atlet Paralimpiade tiba di Tokyo

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021