New York (ANTARA) - Volatilitas Bitcoin melesu pada perdagangan Rabu waktu setempat (8/9/2021), sehari setelah El Salvador mengadopsi aset kripto itu sebagai alat pembayaran yang sah, tetapi ancaman gugatan AS terhadap perusahaan perantara jual beli kripto terbesar di AS Coinbase Global Inc menggarisbawahi jalan sulit di depan untuk mata uang kripto.

Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) memberikan Coinbase dengan Wells notice (pemberitahuan resmi dari SEC bahwa lembaga tersebut berencana melakukan tindakan penegakan hukum terhadap mereka), mengindikasikan regulator AS akan menuntut jika bursa kripto itu melanjutkan peluncuran produk "Lend" (pinjaman) berbunga untuk aset kripto.

Ketua SEC Gary Gensler menyebut alam semesta kripto sebagai "Wild West" yang penuh dengan penipuan dan risiko investor.

Coinbase mengatakan akan menunda peluncuran hingga setidaknya Oktober. Saham Coinbase ditutup turun 3,2 persen pada 258,20 dolar AS.

Coinbase bukan satu-satunya platform mata uang kripto yang berada di bawah pengawasan peraturan. Beberapa negara bagian telah menindak BlockFi.

Akan menjadi kesalahan untuk melihat pengawasan SEC sebagai diisolasi pada Coinbase, yang kebetulan menjadi sorotan, kata Cowen & Co, unit perusahaan jasa keuangan Cowen Inc, dalam sebuah catatan kepada investor.

“Ini adalah bagian dari tekanan balik regulasi yang lebih luas pada kripto,” kata analis Jaret Seiberg. “Seperti yang telah lama kami perdebatkan, kripto harus berharap untuk diatur sama dengan produk tradisional yang coba direplikasi atau diganti.”

Perdagangan Bitcoin kurang sibuk setelah mata uang kripto itu mengalami kerugian terberatnya dalam 2,5 bulan pada Selasa (7/9/2021), ketika mencapai level tertinggi hampir empat bulan di 52.956 dolar AS sebelum berakhir anjlok 11,1 persen, persentase penurunan terbesar sejak 2 Juni.

Pada satu titik pada Selasa (7/9/2021), mata uang digital itu anjlok sebanyak 18,6 persen, menghapus lebih dari 180 miliar dolar AS dari nilai pasarnya.

Terakhir, Bitcoin jatuh 1,64 persen menjadi 46.095,97 dolar AS.

Sementara hari bersejarah bagi Bitcoin karena El Salvador menjadi negara pertama yang membuat alat pembayaran mata uang digital legal, Selasa (7/9/2021) terbukti awal yang bergelombang.

Gangguan teknologi menghambat penggunaannya sementara protes jalanan oleh warga yang tidak percaya pecah di negara Amerika Tengah itu.

Analis mengatakan langkah El Salvador menunjukkan mata uang kripto ada di sini untuk tetap ada tetapi seperti halnya inovasi apa pun, mereka akan menderita sakit melahirkan karena volatilitas mata uang harus diselesaikan.

Bitcoin telah ditawarkan kepada penduduk yang sebagian besar tidak memiliki rekening bank di El Salvador sebagai sarana tabungan yang efektif dan penyimpan nilai bagi pengguna, kata Ganesh Viswanath-Natraj, asisten profesor keuangan di Warwick Business School di Inggris.

“Volatilitas tinggi dalam media pertukaran sesuai dengan volatilitas tinggi dalam ekonomi makro. Pengguna yang memegang Bitcoin sekarang akan melihat ayunan liar dalam tabungan mereka,” kata Viswanath-Natraj.

Bitcoin telah mengalami pergerakan perdagangan harian sebesar 10 persen atau lebih 10 kali tahun ini, seperti yang terjadi pada 2020 dan 2019, menurut data Refinitiv. Pada 2018 dan 2017, ada 17 hari setiap tahun dengan pergerakan harian 10 persen atau lebih, menurut Refinitiv.

Mengutip volatilitas di pasar kripto, Robinhood Markets Inc mengatakan pada Rabu (8/9/2021) bahwa mereka akan meluncurkan investasi kripto berulang, yang memungkinkan pelanggan untuk membeli koin digital bebas komisi dan hanya dengan 1 dolar AS sesuai jadwal pilihan mereka.

Baca juga: Pro dan kontra untuk El Salvador, negara bitcoin pertama di dunia
Baca juga: Bitcoin melonjak, setelah El Salvador beli 200 Bitcoin pertamanya
Baca juga: Standard Chartered perkirakan Bitcoin mencapai 100.000 dolar awal 2022

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021