Washington (ANTARA) - Beberapa minggu sebelum Bank Dunia membatalkan peringkat Doing Business atau kemudahan berusaha, yang selama ini dirilis setiap tahun menyusul penyelidikan independen yang memberatkan, sekelompok penasihat eksternal merekomendasikan perombakan peringkat untuk membatasi upaya negara-negara “memanipulasi skor mereka.”

Sebuah tinjauan 84 halaman, yang ditulis oleh para akademisi dan ekonom senior, diterbitkan di situs web bank pada Senin (20/9/2021), sekitar tiga minggu setelah diserahkan kepada kepala ekonom Bank Dunia Carmen Reinhart.

Bank Dunia pada Kamis (16/9/2021) mengatakan akan membatalkan seri "Doing Business" tentang iklim bisnis suatu negara, mengutip audit internal dan penyelidikan independen terpisah oleh firma hukum WilmerHale yang menemukan para pemimpin senior Bank Dunia, termasuk Kristalina Georgieva, yang sekarang mengepalai Dana Moneter Internasional (IMF) menekan staf untuk mengubah data guna mendukung China selama menjabat sebagai CEO Bank Dunia.

Georgieva telah membantah keras temuan tersebut.

Presiden Bank Dunia David Malpass, dalam komentar publik pertamanya sejak kontroversi kecurangan data pecah Kamis lalu (16/9/2021), mengatakan kepada CNBC bahwa laporan WilmerHale “berbicara untuk dirinya sendiri” dan bahwa bank akan mengeksplorasi pendekatan baru buat membantu negara-negara meningkatkan iklim bisnis mereka.

Tinjauan yang diterbitkan pada Senin (20/9/2021) ditulis oleh kelompok yang dibentuk oleh Bank Dunia pada Desember 2020, setelah serangkaian audit internal mengungkapkan penyimpangan data dalam laporan di China, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Azerbaijan.

Laporan tersebut menyerukan serangkaian tindakan perbaikan dan reformasi untuk mengatasi “integritas metodologis” dari laporan Doing Business, dengan mengutip apa yang disebutnya sebagai “pola upaya-upaya pemerintah untuk turut campur” penilaian untuk laporan-laporan tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

“Bank Dunia perlu introspeksi. Bank Dunia telah menganjurkan reformasi negara untuk tata kelola, transparansi, dan praktik yang lebih baik. Sekarang harus menggunakan resep untuk reformasinya sendiri,” kata Mauricio Cardenas, profesor Universitas Columbia dan mantan menteri keuangan Kolombia yang memimpin panel ahli.

Para ahli menyalahkan seri Doing Business karena kurangnya transparansi tentang data dasar dan kuesioner yang digunakan untuk menghitung peringkat, menyerukan firewall antara tim Doing Business dan operasi Bank Dunia lainnya, serta pembentukan dewan peninjau eksternal yang permanen.

“Kami telah diberitahu tentang beberapa kasus di mana pemerintah-pemerintah nasional telah berusaha untuk memanipulasi skor DB dengan memberikan tekanan pada kontributor individu,” kata laporan itu, menunjuk ke pengacara, akuntan, atau profesional lainnya.

“Staf Bank Dunia menyebutkan beberapa negara di mana mereka yakin pejabat-pejabat pemerintah telah menginstruksikan kontributor bagaimana merespons. Dan bahkan tanpa adanya tekanan eksplisit dari pemerintah, tentu saja, ancaman balasan yang dirasakan dapat mempengaruhi laporan skor para kontributor.”

Penulis juga meminta bank untuk berhenti menjual layanan konsultasi kepada pemerintah-pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan skor suatu negara, mencatat bahwa mereka merupakan konflik kepentingan yang nyata.

“Bank Dunia seharusnya tidak secara bersamaan terlibat dalam lingkungan bisnis negara-negara penilaian sambil menerima pembayaran untuk melatih negara-negara tentang cara meningkatkan skor mereka,” tulis para penulis. Bank Dunia menawarkan "Reimbursible Advisory Services" atau RAS (salah satu bentuk bantuan teknis Bank Dunia) di sejumlah negara, termasuk beberapa dari mereka yang terlibat dalam investigasi manipulasi data, seperti China dan Arab Saudi, kata tinjauan tersebut.

Pada Desember 2020, tinjauan tersebut mengatakan, satu audit internal melaporkan bahwa manajemen bank telah menekan sembilan dari 15 staf untuk memanipulasi data dalam indeks Doing Business edisi 2018 dan 2020, meningkatkan Arab Saudi ke tempat "paling direformasi" secara global dan meningkatkan peringkat Uni Emirat Arab dan China, sementara menjatuhkan Azerbaijan dari peringkat 10 teratas, penasihat eksternal melaporkan.

Laporan terpisah WilmerHale mengatakan bahwa perubahan pada data Arab Saudi “kemungkinan hasil dari upaya anggota staf senior bank untuk mencapai hasil yang diinginkan dan memberi penghargaan kepada Arab Saudi atas peran penting yang dimainkannya dalam komunitas Bank, termasuk proyek-proyek RAS yang signifikan dan berkelanjutan.”

Justin Sandefur, seorang rekan senior di Center for Global Development di Washington dan anggota lain dari panel ahli yang menghasilkan laporan Senin (20/9/2021), mengatakan bahwa laporan itu menunjukkan “masalah tata kelola” di Bank Dunia dan dia tidak melihat adanya jaminan bahwa masalah serupa tidak akan berlanjut dengan kumpulan data lainnya.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021