Beijing (ANTARA) - Sebuah makalah yang ditulis oleh para peneliti dari University of Science and Technology of China dan University of Chinese Academy of Science menyebutkan bahwa virus corona telah menyebar di Amerika Serikat sejak September 2019.

Virus penyebab COVID-19 itu diperkirakan menyebar secara diam-diam di AS pada awal September 2019, demikian makalah pracetak yang diunggah di platform yang dikembangkan oleh Chinese Academy of Science (CAS), Kamis (23/9) malam.

Makalah itu merupakan laporan hasil penelitian yang memadukan ilmu matematika dengan teknologi kecerdasan artifisial, serta analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap penularan penyakit.

Para peneliti memilih 12 di lokasi di AS yang mewakili untuk diteliti guna menemukan kasus infeksi pertama pada Agustus-Oktober 2019 atau lebih awal dari data resmi tentang kasus pertama COVID-19 di AS pada 20 Januari 2020.

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa pandemi COVID-19 di AS dimulai sekitar September 2019 dengan tingkat probabilitas yang sangat tinggi.

Selain itu, penelitian tersebut juga merujuk pada kasus terkonfirmasi di Kota Wuhan dan Provinsi Zhejiang, China, untuk mendapatkan kesimpulan mengenai waktu terjadinya COVID-19.

Baca juga: China: Editorial Washington Post soal asal mula COVID menyesatkan

Menurut para peneliti itu, penyebaran COVID-19 di China kemungkinan dimulai pada akhir Desember 2019.

Sebuah penelitian yang mengambil data dari Lembaga Kesehatan Nasional AS pada 2 Januari-18 Maret 2020 menunjukkan bahwa pada bulan Juni terdapat tujuh warga di lima negara bagian, yakni Illinois, Massachusetts, Mississippi, Pennsylvania, dan Wisconsin yang terinfeksi.

Dari data tersebut para peneliti China menyimpulkan bahwa kasus tersebut terjadi sebelum kasus pertama dilaporkan di AS pada 21 Januari 2020.

Mantan Kepala Bidang Epidemiologi Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular China (CCDC) Zeng Guang mengatakan bahwa bukti-bukti dari penelitian itu mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memprioritaskan AS dalam penyelidikan tahap lanjut soal asal-usul COVID-19.

"WHO masih belum mengeluarkan cetak biru yang jelas untuk penyelidikan asal-usul virus corona tahap selanjutnya. AS harus menjadi prioritas utama dalam proses ini karena ada bukti bahwa virus tersebut telah beredar di negara itu beberapa bulan sebelum kasus pertama dan banyak laboratorium biologi rahasia," kata Guang seperti dikutip Global Times.

Dia juga mendorong WHO melacak orang-orang yang mengalami pneumonia di beberapa negara lain, seperti Italia dan Spanyol, dua tahun lalu sebelum wabah itu merebak di Wuhan.

Baca juga: China bersikeras tolak rencana WHO lacak COVID

Liang Wannian, ketua tim peneliti dari pihak China dalam penyelidikan bersama tim pakar dari WHO di Wuhan pada awal 2021, mengatakan penelitian selanjutnya harus merujuk pada kerangka riset dan metode pengurutan asal virus seperti yang dilakukan di China.

"WHO harus melakukan penelitian di negara-negara tempat ditemukan limbah, serum, jaringan manusia atau hewan atau swab dan sampel lainnya yang dinyatakan positif SARS-CoV-2 sebelum akhir 2019 untuk lebih memahami asal-usul virus di tempat-tempat tertentu yang memungkinkan penularan pada manusia," kata Wannian.

Beberapa penelitian mungkin telah diselesaikan sebagian atau didokumentasikan, kata dia menambahkan.

Sebelumnya WHO mendesak dilakukannya penyelidikan lagi di China untuk mengetahui lebih lanjut asal-usul COVID-19.

Namun China menolak penyelidikan itu karena pada penyelidikan sebelumnya tidak ada laporan WHO yang menyebutkan virus corona berasal dari laboratorium biologi di Wuhan.

Kasus pertama COVID-19 pertama kali ditemukan di Wuhan antara akhir 2019 hingga Januari 2020.

Baca juga: WHO tak bisa paksa China berikan semua data asal mula COVID
Baca juga: China tuding balik AS hambat penelusuran asal-usul COVID-19

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021