Jakarta (ANTARA) - Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Alexander Ginting menegaskan isolasi terpusat merupakan tempat untuk menyelamatkan seseorang agar tidak terjadi penularan COVID-19 pada keluarganya, dibandingkan isolasi mandiri.

“Isolasi terpusat bukan pembuangan, bukan tempat stigmatisasi, tetapi untuk menyelamatkan kita, keluarga kita supaya tidak terjadi penularan di keluarga dan masyarakat,” ujarnya dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa.

Alexander mengatakan melakukan isolasi atau karantina merupakan respons tanggung jawab kepada kesehatan masyarakat dan bukan sesuatu yang sia-sia dilakukan.

Demikian pula pada orang yang baru datang dari daerah terjangkit COVID-19, harus dilakukan karantina, seperti halnya pada atlet yang berlaga di PON (Pekan Olahraga Nasional).

“Atlet dari PON dikarantina lima hari. PCR pertama, kedua, kemudian baru ke rumah,” ujar dia.

Sementara, menurut dia, peningkatan testing dan pelacakan di Indonesia masih menjadi sebuah tantangan bagi Satgas COVID-19.

Sebab, 70 persen kasus baru, menurutnya, ditemukan di Pulau Jawa, utamanya di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur masih memberi kontribusi angka positif COVID-19 terbesar.

“Maka contact tracing terus dilaksanakan, baik bagi mereka yang bergejala dan positif. Bagi mereka yang kontak erat tetap kami anjurkan karantina, jangan jalan-jalan karena 80 persen pasti sakit,” ujar Alexander.

“Lebih baik isolasi terpadu daripada isoman malah jadi transmisi keluarga. Kasus di Bulan Mei dan Juni kebanyakan dari transmisi keluarga,” ujar dia.

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021