Jakarta (ANTARA News) - Budget iklan online idealnya minimal 10 persen dari keseluruhan budget pemasaran yang dikeluarkan oleh perusahaan, kata Nukman Luthfie, Online Strategist dari Virtual Consulting.

Namun, kata Nukman Luthfie, sampai sekarang belum ada survei yang meneliti iklan online dan data mengenai belanja iklan online itu biasanya diambil dari pemilik portal.

"Budget iklan terbesar tetap di televisi karena paling luas jangkauannya," kata Nukman disela seminar bertajuk "Perkembangan dan Pemanfaatan Media Online dan Mobile Untuk Peningkatan Kinerja Perusahaan" di Auditorium Adhiyana Wisma Antara di Jakarta, Selasa (22/2).

Minimnya budget itu karena seluruh industri yang terkait periklanan belum mengenal media online dengan baik.

"Khusus untuk 'target audience' pengguna Internet, strategi iklannya harus benar," kata Nukman.

Perusahaan harus memahami perilaku dari pasar yang menjadi target.

Menurut Nukman jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter sesuai bagi periklanan UKM (Usaha Kecil Menengah) karena CEO mereka turun langsung dalam pemasaran, berbeda dengan perusahaan besar dimana pemimpin menyerahkan pemasaran kepada anak buahnya.

Nukman mengatakan terjadi pergeseran komunikasi pada masyarakat, mereka tidak lagi mendengarkan iklan tetapi mendengarkan orang lain. Jumlah pengguna Facebook di Indonesia sebanyak 35 juta. Sedangkan 80% ponsel di Indonesia mampu mengakses website dan wap. Sebanyak 46% pengguna aktif Twitter mengakses melalui perangkat mobile.

Konsumen cenderung membutuhkan waktu lama sebelum memutuskan untuk membeli suatu barang. Mereka akan melakukan pencarian mengenai barang itu di Internet mengenai bagus tidaknya sebelum memutuskan untuk membeli.

Sementara menurut data yang diungkapkan oleh Staf Ahli bidang Komunikasi dan Media Massa Kementerian Komunikasi dan Informatika Henry Subiakto total belanja iklan di Indonesia pada 2009 mencapai 4,9 miliar dolar atau setara Rp43,39 triliun (kurs 8.855).

(ENY/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011